REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pelatih Malaysia Peter Cklamovski harus memimpin skuad yang berubah total saat menghadapi Laos pada laga kualifikasi Piala Asia 2027, Kamis (9/10/2025) mendatang. Tim Harimau Malaya terguncang oleh kontroversi kelayakan pemain yang mengguncang persiapan mereka menjelang laga di Vientiane.
FIFA menjatuhkan larangan bermain 12 bulan kepada tujuh pemain naturalisasi ilegal Malaysia, yakni Gabriel Palmero, Facundo Garces, Rodrigo Holgado, Imanol Machuca, Joao Figueiredo, Jon Irazabal, dan Hector Hevel. Dokumen naturalisasi mereka dinilai sudah dimanipulasi.
Hukuman itu membuat Cklamovski kehilangan sejumlah pilar penting yang baru mulai memberi dampak positif bagi tim. Meski para pemain tersebut belum tampil lebih dari empat kali untuk Malaysia, kehadiran mereka sempat membawa hasil baik, yakni kemenangan atas Nepal dan Vietnam di kualifikasi Piala Asia, serta hasil positif pada laga persahabatan melawan Palestina dan Singapura.
Malaysia, yang belum pernah lolos ke Piala Dunia atau menjuarai Piala Asia, sempat berharap banyak pada kebijakan mencari talenta dari luar negeri. Langkah ini meniru strategi Indonesia, yang sukses memanfaatkan pemain diaspora dari Eropa, terutama Belanda.
Sejak Erick Thohir memimpin PSSI, sepak bola Indonesia berkembang pesat dan kini melaju ke putaran keempat kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona Asia, menghadapi Arab Saudi dan Irak di Jeddah dengan peluang realistis lolos untuk pertama kalinya sejak 1951.
Keberhasilan Indonesia memicu keinginan Malaysia untuk mengejar ketertinggalan. Tunku Ismail Idris, putra mahkota Johor, menjadi motor di balik proyek ini. Klub miliknya, Johor Darul Ta’zim (JDT), telah mendominasi liga domestik dengan sepuluh gelar beruntun, sebagian berkat perekrutan pemain asing seperti Figueiredo, Irazabal, dan Hevel, yang kini terkena sanksi FIFA.
Tunku Ismail juga berperan dalam menunjuk Cklamovski dan memfasilitasi naturalisasi pemain-pemain tersebut. Kini, Asosiasi Sepak Bola Malaysia (FAM) mengajukan banding atas sanksi itu, mengakui adanya “kesalahan teknis” dan berencana membawa kasus ini ke Pengadilan Arbitrase Olahraga (CAS).
Pangeran Johor menuding FIFA menerapkan standar ganda dalam kasus ini, yang disebut sebagai skandal terbesar sepak bola Malaysia sejak 1994. Ketika itu, lebih dari 100 pemain dilarang karena pengaturan skor.
Masalah belum selesai. Konfederasi Sepak Bola Asia (AFC) juga tengah meninjau kemungkinan pengurangan poin Malaysia dalam kualifikasi, tergantung hasil akhir proses hukum yang sedang berjalan. Malaysia saat ini memuncaki klasemen Grup F dengan nilai enam dari dua laga, unggul atas Vietnam di posisi kedua, Laos di peringkat ketiga, dan Nepal.