Selasa 07 Oct 2025 20:00 WIB

Soal Gerakan Sehari Seribu, Dedi Mulyadi : Yang Nolak Siapa? Gak Ada Kewajiban

Gerakan Poe Ibu bukan hal yang baru di tengah masyarakat Jabar.

Rep: Lilis Sri Handayani/ Red: Arie Lukihardianti
Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi
Foto: Edi Yusuf
Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi

REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU--Gubernur Jawa Barat (Jabar), Dedi Mulyadi menegaskan, Gerakan Rereongan Sapoe Sarebu atau Poe Ibu hanya bersifat ajakan dan bukan kewajiban. Ia mengatakan, uang yang terkumpul itu nantinya untuk menyelesaikan masalah kedaruratan di tengah masyarakat.

“Yang nolak siapa?,” ujar Dedi, saat ditanyakan mengenai adanya penolakan mengenai gerakan Poe Ibu, Selasa (7/10/2025).

Baca Juga

“Gini lho, kalimat nolak itu kalau diwajibkan. Lha ini gak ada kewajiban kok. Ini ajakan bagi RT, RW, desa, kelurahan, bupati, wali kota untuk bersama-sama warganya menyelesaikan problem sosial warga,” ujar Dedi, ditemui usai menghadiri Rapat Paripurna Istimewa Hari Jadi Indramayu ke-489, di Gedung DPRD Kabupaten Indramayu.

Dedi mengatakan, gerakan Poe Ibu sesungguhnya bukanlah hal yang baru di tengah masyarakat Jabar. Menurutnya, gerakan semacam itu sebelumnya telah ada, seperti misalnya tradisi beras perelek dan tradisi jimpitan. “Ini pemahaman orang, dikiranya uang itu dikumpulin oleh gubernur. Nah itu salah,” kata Dedi.

Menurut Dedi, selama ini gerakan serupa juga telah berlangsung di sekolah-sekolah melalui kas kelas. Namun, seringkali pertanggungjawabannya tidak jelas. “Makanya regulasinya akan saya atur agar pungutan itu dipublikasikan dengan baik. Misalkan kelas 3B, sumbangan dari kelasnya tiap bulan dapat Rp 200 ribu, diperuntukkan untuk A, untuk B, untuk C,” katanya.

Dedi menambahkan, uang yang terkumpul dari gerakan Poe Ibu nantinya untuk menyelesaikan persoalan warga di tingkat pemerintahan yang lebih rendah. Dengan demikian, tak ada lagi berita viral warga yang kesulitan karena semuanya telah terselesaikan di tingkat pemerintahan secara berjenjang. “Saya gak mau di 2026 ada viral-viral lagi orang gak punya baju Pramuka, gak punya sepatu. Kenapa? Jelek, sebuah kabupaten dimana masyarakatnya terperhatikan kalau viral. Saya ingin gak ada lagi viral rumah roboh karena semuanya sudah terselesaikan di tingkat  desa/kelurahan, kabupaten/kota, gubernur,” kata Dedi.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَاَذَانٌ مِّنَ اللّٰهِ وَرَسُوْلِهٖٓ اِلَى النَّاسِ يَوْمَ الْحَجِّ الْاَكْبَرِ اَنَّ اللّٰهَ بَرِيْۤءٌ مِّنَ الْمُشْرِكِيْنَ ەۙ وَرَسُوْلُهٗ ۗفَاِنْ تُبْتُمْ فَهُوَ خَيْرٌ لَّكُمْۚ وَاِنْ تَوَلَّيْتُمْ فَاعْلَمُوْٓا اَنَّكُمْ غَيْرُ مُعْجِزِى اللّٰهِ ۗوَبَشِّرِ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا بِعَذَابٍ اَلِيْمٍۙ
Dan satu maklumat (pemberitahuan) dari Allah dan Rasul-Nya kepada umat manusia pada hari haji akbar, bahwa sesungguhnya Allah dan Rasul-Nya berlepas diri dari orang-orang musyrik. Kemudian jika kamu (kaum musyrikin) bertobat, maka itu lebih baik bagimu; dan jika kamu berpaling, maka ketahuilah bahwa kamu tidak dapat melemahkan Allah. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang kafir (bahwa mereka akan mendapat) azab yang pedih,

(QS. At-Taubah ayat 3)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement