Kamis 23 Sep 2010 09:33 WIB

Mengintip Obrolan Panas di Arena Kumpul Hacker

Rep: Agung Sasongko/ Red: irf
Hacker,ilustrasi
Foto: Aljazeera
Hacker,ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, BUDAPEST--Suasana intim Budapest yang identik dengan bangunan tua tersentak seketika. Kali ini bukanlah langkah kaki jumawa tentara merah melainkan terangnya layar laptop dan okestral suara bunyi pijatan tangan pada keyboard. Begitulah gambaran pelaksanaan konfrensi tahunan untuk para Hacker. Mereka datang dari segala penjuru Eropa Timur dengan semangat untuk mewujudkan satu misi, menelusup masuk aplikasi komputer yang dirancang dengan keamanan dan sensor yang ketat.

Legalkah? Tentu saja. Perusahan besar yang membuat teknologi itu semodel Cisco System, McAfee, Symantec secara khusus datang untuk melihat sistem mereka diobrak abrik. Kehadiran perusahaan yang sempat mengucapkan sumpah serapah kepada kaum Hacker ini memang sedikit janggal. Namun, pakar keamanan teknologi Bruch Schener mengatakan Hacker pada dasarnya merupakan pakar keamanan.

"Merekalah orang-orang pintar dan perusahaan besar tentu ingin menjadi bagian dari mereka," ungkapnya seperti dikutip dari Aljazazeera edisi online, Selasa (21/9). Dia menambahkan Hacker merupakan sosok yang diidamkan perusahaan besar ketia ingin menguasai dunia maya dan komputer.

Hal lain yang menarik dari konferensi ini adalah pertemuan filosofi Cina tentang kebaikan dan keburukan. Sisi baik yang identik dengan warna putih kemudian diusung kelompok Hacker. Kelompok ini merupakan sosok yang memanfaatkan keahlian mereka untuk mengembangkan piranti lunak dan menawarkan jasa kepada perusahan pengembang software untuk memperbaiki produk mereka yang bermasalah. Mereka juga bekerja untuk membentengi sebuah sistem yang coba disabotase. Kelompok ini kemudian dikenal dengan nama  'White Hat' Hackers.

Sisi sebaliknya, bercokol kelompok yang memiliki ambisi untuk menggagalkan sistem yang mapan. Sudah menjadi fitrah mereka untuk menelusup, merusak dan mensabotase. Kejadian yang berlangsung di Estonia tahun 2007 lalu merupakan bentuk kerja kelompok ini yang diduga berasal dari Russia. Kelompok ini kemudian dikenal sebagai 'Black Hat' Hackers.

Salah seorang hacker yang kini bekerja untuk Red Database Security mengatakan seorang penyerang, Black Hat' hackers hanya perlu menemukan satu cara. Sedangkan 'White Hat' Hackers harus melindungi banyak lini. "Benteng yang kuat pun akhirnya runtuh juga," katanya.

Pernyataan Alexander Kornbrust menggaris bawahi adanya kemungkinan pecahnya perang cyber. Pernyataan yang kemudian diamini salah seorang Hacker FX 'hacker Felix' Lindner. Dia mengatakan serangan ini jauh lebih berbahaya ketimbang perang konvensional. Efek dari perang ini adalah tertutupnya sumber daya, sistem komunikasi dan pasokan air.

sumber : Aljazeera
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement