REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kabar mengagetkan baru saja datang dari Facebook. Perusahaan jejaring sosial itu pada Rabu (9/2) mengumumkan telah mencapai kesepakatan untuk membeli layanan pengiriman pesan instan WhatsApp dengan nilai 16 miliar dolar AS (sekitar Rp 223 triliun).
Angka itu bakal dicairkan dalam bentuk saham senilai 12 juta dolar AS dan sisanya uang tunai. Facebook juga menjanjikan tambahan 3 juta dolar AS lagi dalam bentuk saham terbatas untuk 55 pegawai WhatsApp. Saham itu akan diberikan selama empat tahun pascarampungnya proses akuisisi. Jika ditotal, nilai pembelian itu 19 miliar dolar AS.
Banyak pengamat menilai harga itu terlampau mahal. Karena, kalau dihitung-hitung WhatsApp saat ini memiliki lebih dari 450 juta pengguna bulanan dengan pendaftar baru mencapai satu juta setiap harinya. Ini artinya, Facebook membayar 42 dolar AS per pengguna.
Namun, bagi Facebook uang yang dikeluarkan dirasa sepadan. Langkah itu konon disebut sebagai bagian dari strategi masa depan mereka.
Berikut empat alasan Facebook berani membeli WhatsApp dengan harga selangit, seperti dikutip Forbes, Kamis (20/2):
1. Mengisi "ruang kosong" Facebook
Facebook saat ini memang sudah memiliki 1.2 miliar pengguna aktif per bulannya. Namun pertumbuhannya kian melambat bahkan sejumlah laporan menyebutnya semakin menciut.
Masalah terbesar ada di sejumlah negara seperti di Amerika Latin, India dan Asia. Bagi Facebook jangkauan WhatsApp yang luas bisa mengisi ruang kosong tersebut. WhatsApp juga menjadi jawaban bagi Facebook yang berambisi memasuki pasar pesan mobile.
2. Pengganti layanan SMS
Facebook sebenarnya sudah memiliki produk sejenis: Facebook Messenger. Lalu kenapa membeli WhatsApp? Lagipula banyak produk sejenis lain yang kalau dihitung-hitung harganya bisa lebih murah. Nah, pandangan itu disebut keliru.
Pasalnya WhatsApp dianggap bukan sebagai pesaing layanan yang misalnya dimiliki Facebook, Twitter, Instagram, Skype maupun Google. Layanan-layanan itu sudah memiliki ekosistem sendiri yang tidak bisa digantikan WhatsApp.
WhatsApp justru diprediksikan sebagai kandidat kuat pengganti layanan pengirim pesan singkat (SMS). Dengan sistem ramping, rapi dan hanya mengikat ke nomor telepon, WhatsApp berpeluang menguasai pasar pesan mobile.
Lanjut ke Empat Alasan Facebook Beli Mahal WhatsApp (2)