REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --Ini bukan kali pertama atau terakhir Spotify dan Apple Music bentrok. Belum lama ini, Spotify menyebut aturan pendapatan App Store "anti-kompetitif" dalam hal layanan streaming dan layanan pihak ketiga. Menanggapi hal tersebut, Apple menuduh Spotify meminta perlakuan khusus dari aplikasi lain.
Spotify telah sejak lama membangun model bisnis dari bawah ke atas sampai Apple meluncurkan layanan musik sendiri lebih dari setahun yang lalu. Apple Music telah memiliki 15 juta pelanggan berbayar, setengah dari 30 juta pelanggan Spotify.
GSM Arena Kamis (25/8) melaporkan bahwa layanan musik streaming berlogo warna hijau itu telah menyalahi kontrak dengan tiga label musik utama yaitu Sony, Universal Music dan Warner.
Dalam kesepakatan jangka panjang, Spotify diharuskan membayar berberapa bulan sampai perusahaan tersebut dapat menjalin kesepakatan dengan label lain, sehingga pelanggan Spotify tidak perlu khawatir tentang daftar dan koleksi unduhan lagu mereka.
Beberapa pihak yang berkaitan dengan tiga label besar tersebut telah menyatakan kekhawatirannya mengenai promosi agresif dari Spotify seperti 15 dolar AS/ bulan untuk keluarga, atau sesekali promosi 1 dolar AS untuk tiga bulan streaming. Pasalnya, promosi tersebut berada tidak di dalam perjanjian jangka panjang.
Apple Music membayar 58 persen dari pendapatan untuk label, sementara Spotify dilaporkan berjuang untuk membayar 55 persen sampai memperbarui perjanjian jangka panjang dengan label. Spotify dilaporkan tengah berjuang menghadapi kerugian 194 juta dolar AS dari pendapatan 2 miliar dolar AS.
Untungnya, masa depan hubungan antara Spotify dan label besar tersebut dilaporkan "optimistis". Spotify hanya perlu berkumpul kembali dan menyesuaikan model bisnisnya untuk bersaing dengan Apple Music.
Salah satu ide yang direncanakan adalah penawaran rilis album baru pada Spotify Premium di luar bebas biaya dalam beberapa minggu, yang disebut merupakan langkah Spotify untuk bernegosiasi dengan label-label besar tersebut.