REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pesan yang masuk ke nomor aplikasi percakapan WhatsApp bisa beragam. Ada pesan berasal dari orang yang dikenal dan sebaliknya, tidak dikenal bahkan cenderung menjadi pesan teror, hoax dan misinformasi.
Lebih dari 30 orang tewas dalam satu tahun terakhir setelah rumor pengangkatan anak yang dipicu melalui pesan di WhatsApp, menurut laporan Bloomberg. Dilansir Hindustan Times, Rabu (4/7), WhatsApp yang memiliki lebih dari 200 juta pengguna aktif di India mulai melakukan langkah baru.
"WhatsApp meluncurkan fitur baru untuk memerangi kesalahan informasi dan penyalahgunaan platform," tulis laporan Hindustan Times. WhatsApp juga bereaksi terhadap meningkatnya kasus penghilangan orang yang tidak bersalah karena banyaknya pesan dengan rumor dan provokasi yang tidak bertanggung jawab.
Kementerian Teknologi Informasi India telah meminta WhatsApp untuk mengambil tindakan segera dan memastikan platform populer ini tidak digunakan untuk kegiatan kejahatan. “Kami percaya ini adalah tantangan yang mengharuskan pemerintah, masyarakat sipil dan perusahaan teknologi untuk bekerja sama, ”kata pihak WhatsApp dalam surat yang dikirim ke Kementerian Elektronik dan Teknologi Informasi (MeitY).
Fitur baru WhatsApp bisa berfungsi sebagai sinyal penting bagi penerima pesan untuk berpikir dua kali sebelum meneruskan pesan karena memungkinkan pengguna mengetahui apakah konten yang mereka terima ditulis oleh orang yang mereka kenal atau hanya rumor.
"Kami berencana meluncurkan fitur baru ini segera," lanjut perwakilan WhatsApp. Pekan lalu, WhatsApp juga meluncurkan pengaturan baru yang memungkinkan administrator memutuskan siapa yang dapat mengirim pesan ke nomor individu ataupun grup. Ini diyakini akan membantu mengurangi penyebaran pesan yang tidak diinginkan ke dalam percakapan kelompok dan mengantisipasi pesan hoax maupun konten lainnya.