REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Whatsapp mendesak pengguna untuk memutakhirkan (upgrade) aplikasi perpesanan ke versi terbaru. Imbauan itu digaungkan menyusul sebuah laporan bahwa pengguna mungkin rentan terpasang spyware jahat di ponsel tanpa sepengetahuan mereka.
Whatsapp, salah satu alat perpesanan paling populer, digunakan oleh 1,5 miliar orang setiap bulan. Aplikasi ini telah menggembar-gemborkan tingkat keamanan dan privasi yang tinggi, dengan pesan pada platformnya yang dienkripsi dari ujung ke ujung. Namun, spyware dari Israel terungkap telah menyusupi aplikasi ini.
"Whatsapp mendorong para pengguna untuk meningkatkan aplikasinya ke versi terbaru serta menjaga sistem operasi seluler mereka tetap mutakhir untuk melindungi diri dari potensi eksploitasi yang ditargetkan yang dirancang untuk mengkompromikan informasi yang tersimpan di perangkat seluler," kata seorang juru bicara.
"Kami terus bekerja bersama mitra industri untuk menyediakan peningkatan keamanan terbaru untuk membantu melindungi pengguna kami," ujarnya.
Whatsapp tidak menjelaskan lebih lanjut upaya proteksi yang dilakukannya.
Financial Times melaporkan bahwa ada celah di Whatsapp yang memungkinkan penyerang menyuntikkan spyware pada ponsel dengan menelepon target menggunakan fungsi panggilan telepon aplikasi. Spyware tersebut dikembangkan oleh perusahaan pengawasan siber Israel NSO Group dan memengaruhi Android dan iPhone. FT mengatakan Whatsapp belum bisa memberikan perkiraan berapa banyak ponsel yang ditargetkan oleh NSO.