REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Netflix mengakui, tahun ini akan menjadi tahun yang berat dengan masuknya pesaing platform streaming, seperti dari Disney+ dan AppleTV+. Menurut Netflix, hal ini akan berdampak pada pertumbuhan targetnya di Wall Street.
Padahal, tahun ini Netflix berharap bisa menambah tujuh juta pelanggan secara global pada kuartal pertama. Angka ini masih di bawah rata-rata analis sebesar 8,82 juta, menurut data IBES dari Refinitiv.
"Terlepas dari debut besar Disney+ dan peluncuran Apple TV+, penayangan kami per keanggotaan tumbuh baik secara global maupun di AS setiap tahun," kata Netflix dalam surat kepada investor, dilansir di Reuters, Rabu (22/1).
CEO Netflix, Reed Hastings, menggambarkan pertumbuhan pelanggan bersih 8,76 juta pada kuartal keempat didorong oleh season baru drama kerajaan "The Crown" dan dua film yang dinominasikan untuk Best Picture Oscars. Angka itu mengalahkan estimasi Wall Street untuk kuartal keempat, yang mendorong saham naik 2,2 persen dalam perdagangan after-hours yang volatil, Selasa (21/1).
Sebelumnya, layanan streaming Disney+ dan Apple TV+ diluncurkan di Amerika Serikat pada bulan November. Disney+, yang juga berada di Kanada, Australia dan Selandia Baru, akan diluncurkan di Inggris, Prancis, Jerman, Italia, Irlandia, Spanyol, Austria dan Swiss pada tanggal 24 Maret. Sementara Apple TV+ tersedia di lebih dari 100 negara dan wilayah.
Layanan Disney+ diluncurkan di Amerika Serikat dan Kanada dengan harga tujuh dolar AS per bulan, dan 13 dolar AS per bulan untuk satu paket dengan ESPN+ dan Hulu. Hal ini mampu mencapai 10 juta pendaftaran pada hari pertama.
Kemudian Apple TV+ diluncurkan 1 November lalu dengan harga lima dolar AS per bulan, dan gratis selama satu tahun dengan pembelian beberapa perangkat Apple, sehingga kinerjanya lebih sulit ditentukan. Sementara Netflix tersedia di lebih dari 190 negara, dengan paket standar di AS adalah 13 dolar AS per bulan.