REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Para peneliti dari Universitas Stanford, menemukan ada solusi yang jitu untuk mengatasi permasalahan baterai yang terbakar. Penemuan ini sebagai jawaban dari kasus mudah terbakarnya smartphone Galaxy Note 7 yang rentan pada sebuah baterai berbahan ion lithium, dan kasus pada produk hoverboard.
Seperti dilansir Techradar Selasa (17/1) upaya untuk mengurangi kebakaran adalah menambahkan fitur berupa pemadam api pada baterai. Dengan begitu, kemungkinan terjadinya kebakaran smartphone atau peralatan elektronik lain akibat baterai bisa dihindari.
Para peneliti dari Stanford ini menyematkan sebuah smartchip yang berfungsi untuk mendeteksi adanya risiko kebakaran, mencium adanya api pada baterai yang selanjutnya akan ditangkap oleh sistem pemadam api dalam baterai tersebut. Bahan yang digunakan oleh para peneliti sebagai pemadam api adalah triphenyl phosphate atau bisa disebut TPP. Namun penggunaan bahan ini dapat mengurangi performa dari baterai.
Untuk mengatasi efek samping tersebut, para peneliti membuat sebuah lapisan pelindung yang memisahkan antara baterai dengan TPP. Lapisan ini baru akan terlepas kalau pemicu pada smartchip telah dinyalakan.
Dengan adanya sistem pemadam kebakaran seperti ini, sebuah baterai akan memiliki risiko terbakar jauh lebih kecil dibandingkan sebelumnya. Harga baterai ini juga terbilang mahal dan sangat komersil.