Sabtu 02 Mar 2019 16:21 WIB

Menjadi Orang Tua yang Baik

Menjadi orang tua yang baik tak ada sekolahnya sehingga perlu terus belajar.

Asep Sapa'at.
Foto: KPM
Asep Sapa'at.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Di balik tumbuh kembang seorang anak, sosok orangtua selalu hadir memberikan arti tersendiri. Anak-anak tumbuh dengan sangat cepat. Mengediplah, dan tahu-tahu mereka sudah pergi menjalani kehidupan mereka sendiri.

Itu pula yang dirasakan Litbang Klinik Pendidikan MIPA (KPM) Asep Sapa'at. "Rasanya baru sebelas tahun lalu saya menunggui kelahiran anak perempuan saya. Sekarang ia sudah sangat sibuk dengan beragam aktivitas belajar di sekolahnya dan menghabiskan banyak waktu bermain bersama sahabatnya," ucap Asep.

Baca Juga

Dia mengatakan ada perasaan haru melihat anak-anak tumbuh begitu cepat. Indah jika mengenang masa-masa saat anak kecil dulu.

"Saya sempat bertanya pada putri saya, 'Apa momen indah yang masih kamu kenang bersama ayah sewaktu kecil, Nak?' Putri saya terdiam sejenak. Saya harap-harap cemas menunggu jawaban dari putri saya. Beberapa detik kemudian, dia tersenyum kecil dan berkata, “Aku senang main bola bersama ayah. Aku senang bermain pasir dan air di pinggir pantai," kata Asep menirukan Putrinya.

Asep merasa sumringan mendengar jawaban itu. Sebab, disadarinya, waktu kebersamaan dia bersama sang putri sangat terbatas. Dia pun tetap berusaha mencurahkan perhatian dan menjadikan putrinya menjadi prioritas pertama.

"Tak pernah ada kata mudah untuk menjadi orangtua yang baik bagi anak-anak kita. Karena tak ada sekolah khusus untuk menjadi orangtua, kita harus memiliki kesadaran untuk terus belajar. Utamanya belajar memahami diri sendiri karena apa pun yang terjadi pada diri anak-anak kita bisa mencerminkan siapa dari diri kita. Salah satu cara saya belajar menjadi orangtua adalah dengan membaca buku," ucap Asep.

Asep membagikan tips mengenai belajar menjadi orang tua dari buku berjudul The Greatness Guide karya Robin Sharma.

Pertama, memberi teladan. Cara terbaik untuk memengaruhi anak-anak Anda adalah melakukan apa yang Anda katakan. Jalankan perilaku yang Anda ingin mereka lakukan. Jangan mengajarkan asyiknya membaca buku dan belajar, tetapi lalu pergi ke ruang keluarga dan menonon TV selama tiga jam. Mata-mata kecil itu memerhatikan segala sesuatu yang Anda lakukan.

Kedua, mengembangkan anak. Lihatlah diri Anda bukan hanya sebagai orangtua dari anak-anak Anda, melainkan juga sebagai ‘pengembang’ mereka. Penting sekali untuk mengembangkan pikiran, hati, dan jiwa mereka. Itulah tugas Anda. Perlihatkan kepada mereka mahakarya seni. Bawalah mereka ke restoran-restoran yang menarik. Perkenalkan kepada orang-orang yang menghasilkan ide-ide unik.

Ayah John F. Kennedy sering mengundang orang-orang yang menarik untuk makan malam. Sambil menyantap makanan, anak-anak keluarga Kennedy akan belajar dari tamu tersebut, kemudian mengajukan berbagai pertanyaan kepada tamu itu untuk memperdalam pelajaran mereka. Langkah cerdas.

Ketiga, memberi inspirasi. Orangtua mengajari anak-anak mereka bagaimana melihat dunia. Orangtua menunjukkan kepada anak-anak bagaimana dunia berputar. Jika Anda melihat dunia sebagai tempat yang terbatas, anak-anak kecil itu akan tumbuh dengan pandangan seperti itu.

Cobalah untuk tidak mengajarkan ketakutan kepada anak. Perkenalkan anak pada apa yang mungkin dilakukan. Berilah inspirasi kepada mereka untuk menjadi orang-orang hebat yang akan memajukan dunia—dengan cara mereka sendiri. Jadilah orang yang selalu melihat kemungkinan.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement