REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Penjualan smartphone kuartal ketiga yang dimulai bulan Juni mengalami peningkatan dengan beberapa merek ponsel impor mulai naik daun sedangkan merek ponsel lokal dinilai sulit untuk bersaing.
Menurut Andry Sutanto, Head of Marketing PT. Setia Utama Distrindo, secara industri angka penjualan smartphone meningkat mencapai 2 hingga 2,5 juta unit per bulan yang merupakan 40 persen dari total market.
"Kalau untuk ritel, ritel modern, kontribusinya untuk angka itu sekitar 10 hingga 12 persen, jadi pembelian smartphone itu kebanyakan di toko tradisional," katanya saat ditemui di sela acara penyerahan hadiah mobil kepada pemenang program undian berhadiah Mi-Club yang digelar di Telesindo Tower, Jakarta, Jumat (26/9).
Ia menjelaskan dibanding tahun lalu pertumbuhan smartphone meningkat sebesar 30 persen.
"Penetrasinya cukup besar karena smartphone saat ini sudah ada yang Rp700-Rp800 ribu, jadi memang penetrasi smartphone nya sudah mulai melebar," ujar Andry.
Saat ditanya mengenai merek ponsel, Andry mengaku saat ini market share paling tinggi untuk smartphone masih dipegang oleh Samsung karena produk dan modelnya yang sangat banyak, namun ada beberapa model lain yang saat ini mulai naik daun, seperti LG, walaupun secara porsi pasar masih kalah dibanding Samsung.
Sedangkan untuk pasar ponsel lokal Andry mengatakan saat ini mengalami penurunan yang signifikan sebesar 25 persen.
"Ponsel lokal sendiri sebenarnya menurut saya sudah tidak bisa bersaing, karena pertama HP yang branded seperti Samsung, LG, Nokia sudah punya produk entry-level, LG sendiri sudah punya produk Rp700 ribu, Samsung juga punya smartphone di harga yang sama, jadi ponsel lokal hanya bisa bermain di bawah Rp500 ribu," katanya.
"Untuk ponsel di bawah Rp500 ribu mungkin marginnya sangat susah untuk model smartphone, jadi yang bisa mereka jual mungkin hanya feature phone yang bisa telepon dan SMS biasa," tambahnya.