REPUBLIKA.CO.ID, oleh: Siwi Tri Puji
Siapa musuh paling besar Amerika Serikat saat ini? Salah, jika Anda menjawab Alqaidah. Pejabat intelijen negara adidaya ini menyebut, justru serangan cyber dan spionase di jagat maya sekarang menjadi ancaman terbesar negara itu.
Kini, serangan cyber tak hanya mencuri data. Untuk pertama kalinya, serangan asing melalui jagat maya menyasar langsung infrastruktur AS, termasuk jaringan listrik, sistem transportasi, dan jaringan keuangan. "Bahayanya lebih besar ketimbang terorisme, kejahatan transnasional terorganisasi dan proliferasi senjata pemusnah massal," tulis Los Angeles Times, mengutip seorang pejabat Dinas Intelijen AS, CIA.
Penasehat keamanan nasional Gedung Putih, Thomas Donilon, bahkan tunjuk negara sebagai biang keroknya: Cina. "Mereka melancarkan serangan dalam skala yang belum pernah terjadi sebelumnya," katanya.
Ia menyatakan, serangan maya tak bisa didiamkan. "Masyarakat internasional tak bisa tinggal diam menoleransi kegiatan tersebut dari negara manapun," katanya dalam pidato di forum Asia Society di New York. Dia mendesak Beijing untuk "mengambil langkah-langkah serius, menyelidiki dan menghentikan kegiatan ini."
Berbicara di depan Komite Intelijen Senat Amerika Serikat, Direktur Intelijen Nasional Amerika, James R Clapper mengatakan, Rusia dan Cina sepertinya tidak mungkin meluncurkan serangan menghancurkan lewat cyber untuk melawan AS di luar konflik militer atau krisis, Alasannya, itu juga mengancam kepentingan vital mereka juga.
Meski ia menyatakan, pada faktanya peretas atau kelompok terorganisasi "bisa mengakses beberapa jaringan Amerika dengan perlindungan buruk, yang ironisnya mengontrol fungsi inti, seperti pembangkit listrik". Ancaman itu ada walau kemampuan mereka masih dianggap terbatas untuk menyebabkan kerusakan yang berdampak besar dan sistemik.
Dalam sidang terpisah di Komite Angkatan Bersenjata Senat, Jenderal Keith Alexander, yang memimpin Unit Cyber Pentagon, mengatakan jumlah serangan maya terhadap situs-situs utama AS kian berlipat. Serangan-serangan itu pun bahkan tak mampu lagi ditangkis software anti-virus terkini.
"Semakin buruk," katanya, mengutip lebih dari 140 serangan di Wall Street selama enam bulan terakhir.