REPUBLIKA.CO.ID, SAN FRANCISCO -- Perusahaan media sosial Facebook merancang sistem kecerdasan buatan untuk memberantas aktivitas terorisme pada layanan media sosial yang mereka miliki. Demikian diumumkan Facebook seperti dikutip dari AP, Sabtu (17/6).
Menurut Humas Facebook, sistem kecerdasan buatan yang terhubung dengan manusia tersebut untuk menemukan dan menghapus konten terorisme sesegera mungkin sebelum dilihat oleh pengguna akun lainnya. Sebelumnya, teknologi serupa juga telah dibuat untuk menghapus konten yang berisi pornografi anak di Facebook dan Youtube.
Dalam banyak kasus, Facebook hanya menghapus konten yang mengganggu berdasarkan laporan dari pengguna. Dengan adanya sistem baru, maka penghapusan konten akan dilakukan secara aktif oleh Facebook.
Facebook dan berbagai perusahaan internet lainnya mendapatkan tekanan dari pemerintah untuk mengidentifikasi dan mencegah penyebaran propaganda terorisme pada layanan yang mereka sediakan.
Pada awal bulan ini, Perdana Menteri Inggris Theressa May menggalang dukungan dari berbagai negara membuat kerja sama internasional untuk mencegah ekstremisme dalam jaringan (daring). Beberapa pihak mengajukan tuntutan untuk memertimbangkan akuntabilitas keterbukaan perusahaan internet atas materi yang terunggah pada layanan mereka.
Menurut Brian Fishman, Manajer Kebijakan Kontra Terorisme, Facebook tidak secara spesifik merujuk pada ajakan dari PM May. “Pada masa serangan teror yang terus meningkat saat ini, masyarakat mempertanyakan peran perusahaan teknologi dalam melawan terorisme secara daring,” ujarnya.
“Kami ingin menjawab tuntutan tersebut, kami setuju atas pendapat yang mengatakan bahwa media sosial bukanlah tempat bagi teroris untuk bersuara."
Ada beberapa teknik yang digunakan pada sistem kecerdasan buatan ini. Di antaranya pencocokan gambar, seperti foto dan video yang dibandingkan dengan pusat data yang dimiliki Facebook. Selain itu juga ada sinyal berdasarkan teks. Dari teks tersebut akan diolah apakah terdapat dukungan atau ajakan berbau teror.
Namun sistem kecerdasan buatan hanyalah sebagian dari proses penyaringan pesan. Karena mesin tidak mampu menganalisis nuansa bahasa dan konteks. Maka dari itu, masih dilibatkan manusia dalam proses tersebut.
Facebook melibatkan lebih dari 150 orang dalam proses tersebut. Mereka memiliki tugas utama untuk menghalau terorisme di media sosial. Dalam tim tersebut, dilibatkan berbagai macam profesi terkait. Di antaranya ahli kontra terorisme, mantan jaksa, mantan agen penegak penyidik, analis dan insinyur.