Jumat 08 Jun 2018 08:18 WIB

Google Berkomitmen tak Garap AI untuk Produksi Senjata

Proyek Maven adalah proyek kecerdasan buatan dengan senjata drone

Rep: Christiyaningsih/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Drone. Ilustrasi
Foto: Foxnews
Drone. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Di tengah berkembangnya riset dan perangkat berbasis kecerdasan buatan (artificial inteligence/AI), Google membuat pernyataan sikap. CEO Google Sundar Pichai berkomitmen perusahaan yang dipimpinnya tidak akan mengembangkan AI untuk membuat senjata atau hal-hal yang bisa membahayakan umat manusia.

Dalam postingan di blog Google yang dilansir dari Independent, Pichai menyatakan Google seharusnya tidak bekerja untuk bisnis yang melibatkan perang. Namun di sisi lain, saat ini Google masih terikat kerja sama dengan Departemen Pertahanan Amerika Serikat dalam Proyek Maven. Proyek Maven adalah proyek kecerdasan buatan yang menganalisis citra dan mengefisienkan serangan yang dilakukan dengan drone.

Terkait hal tersebut, Pichai mengatakan itu adalah kolaborasi terakhir yang berkaitan dengan penggunaan senjata. Raksasa teknologi ini menegaskan tidak akan melanjutkan kerja sama dengan Departemen Pertahanan untuk Proyek Maven.

Di saat yang bersamaan, ribuan karyawan Google juga telah menandatangani surat yang menyatakan partisipasinya pada komitmen kantor. Dalam surat itu tertulis Google tak segan menyingkirkan karyawan apabila melakukan tindakan yang bertentangan dengan prinsip perusahaan.

"Kami menyadari perkembangan teknologi yang pesat memunculkan pertanyaan untuk apa teknologi itu dimanfaatkan. Bagaimana AI dibuat dan digunakan, itu akan membawa dampak besar bagi umat manusia di tahun-tahun mendatang," tulis Pichai.

Akan tetapi, dirinya juga mengungkapkan bahwa kolaborasi dengan Pentagon adalah kerja sama yang penting. Namun Pichai kembali menekankan kerja sama tidak akan mengarah pada perancangan senjata. "Kami ingin meluruskan bahwa kami tidak mendesain AI untuk kepentingan membuat senjata. Kami akan meneruskan kerja sama dengan pemerintah dan militer di bidang yang lain. Di antaranya termasuk keamanan siber, pelatihan, rekrutmen militer, layanan kesehatan bagi para veteran, dan tim penyelamat," demikian dipaparkan Pichai.

Sikap Google ini mengundang berbagai reaksi di kalangan praktisi di AS. Praktisi teknologi di American Civil Liberties Union, Jake Snow, menyebut komitmen Google sebagai awal yang baik walaupun belum sepenuhnya menghindari penyalahgunaan AI. "Prinsip-prinsip itu tidak melarang pihak lain menggunakan AI Google dan infrastruktur komputer untuk membangun senjata perang, pengawasan, atau diskriminasi," tulis Snow di akun Twitternya. 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement