REPUBLIKA.CO.ID, SHANGHAI -- Perusahaan penyedia infrastruktur teknologi informasi dan komunikasi Huawei membidik pasar komputasi statistik berbasis kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI). Pasar AI tersebut diperkirakan bernilai dua triliun dolar AS atau lebih dari Rp 2,8 kuadriliun.
"Komputasi statistik merupakan pasar potensial dalam lima tahun mendatang karena 80 persen aktivitas komputasi akan menggunakannya. Kami akan menerapkan strategi investasi yang akan fokus pada empat area," kata Deputy Chairman Huawei Ken Hu dalam Huawei Connect 2019 di Shanghai, Rabu (18/9).
Pertama, strategi pada inovasi arsitektur komputasi. Huawei meluncurkan arsitektur Da Vinci pada 2018 yang dirancang khusus untuk komputasi yang lebih stabil.
Area kedua adalah investasi prosesor yang mendukung berbagai skenario. Huawei telah memiliki jajaran prosesor mulai dari prosesor seri Kunpeng untuk komputasi umum, prosesor Ascend yang khusus untuk kecerdasan buatan (AI), prosesor Kirin untuk perangkat cerdas seperti ponsel, serta prosesor Honghu untuk layar cerdas.
"Strategi ketiga adalah penerapan batasan bisnis yang jelas. Huawei tidak akan menjual prosesor secara langsung, tapi kami akan menawarkannya dalam bentuk layanan komputasi awan. Sedangkan untuk mitra, kami akan menawarkan kerja sama dalam bentuk komponen sehingga dukungan yang diberikan bersifat terintegrasi," katanya.
Ken Hu melanjutkan strategi keempat pembangunan ekosistem terbuka. "Dalam lima tahun ke depan, Huawei akan menginvestasikan sedikitnya 1,5 miliar dolar AS untuk program kepada para pengembang guna mendukung lebih dari lima juta pengembang dan mitra Huawei di seluruh dunia dalam menciptakan berbagai inovasi aplikasi dan solusi masa depan," ujarnya.