REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Sebuah fasilitas instalasi pengolahan limbah kotoran manusia di Washington AS bisa menjadi contoh solusi perubahan iklim dan ketahanan energi dunia. Pembangkit DC Air Blue Plains merupakan proyek instalasi pengolahan limbah kotoran manusia menjadi energi listrik terbesar di dunia.
Pembangkit 'kotoran manusia' ini menampung 37 juta galon atau 1400 juta liter limbah kotoran manusia yang berasal dari dua juta rumah tangga setiap hari. "Fasilitas ini membuat energi hijau," kata Chris Peot, Insinyur Washington's toilet-goers, dilansir AFP, Rabu (2/12).
Setiap hari pembangkit 'Kotoran Manusia' ini membersihkan mikro-organisme, mengolah karbon dan mengubah menjadi nitrat serta gas nitrogen. Air yang terpisahkan sudah cukup bersih untuk dialirkan ke Sungai Potomac dan Teluk Chesapeake di sekitar kota Washington.
Sedangkan kotoran manusia yang tersisa, didaur ulang menjadi kompos, dan di dapat diolah menghasilkan listrik 10 megawatt. Energi kotoran manusia ini cukup memasok listrik untuk 8000 rumah tangga dan mengaliri listrik sebuah pabrik. Menurut Peot, Pembangkit ini mampu mengekstrak material organik menjadi metana. Ketika terbakar, metana mampu digunakan untuk menjalankan sebuah pabrik.
Direktur Eksekutif DC Air Blue Plains, George Hawkins mengatakan fasilitas instalasi pembangkit ini menggeser pengolahan air limbah menjadi sumber energi. Pembangkit ini diresmikan pada 5 Oktober lalu dengan menelan biaya 470 juta dolar AS.
Gas metana diproduksi dari proses pembusukan sampah organisk termasuk kotoran manusia di dalam sebuah tangki besar setinggi 25 meter dan menampung 3,8 juta galon cairan padat. Biogas metana ini kemudian digunakan untuk mengoperasikan tiga turbin sekuran mesin jet, yang mampu menghasilkan 13 megawatt listrik.