Senin 26 Sep 2016 13:24 WIB

Akademisi: Kelahiran Bayi Berkaitan dengan Pemanasan Global

Rep: Gita Amanda/ Red: Winda Destiana Putri
Kelahiran Bayi Berkaitan dengan Pemanasan Global.
Foto: Dailymail
Kelahiran Bayi Berkaitan dengan Pemanasan Global.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Setiap hari diperkirakan ada 350 ribu kelahiran bayi di seluruh dunia yang menambah jumlah populasi. Kelebihan penduduk ini dinilai berkaian dengan peningkatan laju perubahan iklim.

Seorang profesor filsafat moral dan bioetika di Universitas Johns Hopkins Dr Travis Rieder menjelaskan kunci untuk menghentikan perubahan iklim adalah mengurangi jumlah bayi lahir setiap tahun.

"Awal musim panas ini, saya menemukan diri saya di tengah-tengah perdebatan yang hidup karena pekerjaan saya tentang kaitan perubahan iklim dan etika memiliki anak," katanya seperti dilansir Daily Mail Online Senin (26/9).

Rieder mengatakan koresponden NPR Jennifer Ludden menuliskan komentarnya dalam artikel berjudul "Haruskah kita memiliki anak di usia perubahan iklim?". Atas idenya tersebut ia sampai kewalahan menanggapi email pribadi yang masuk. Beritanya di bagikan lebih dari 70 ribu kali di Facebook.

"Saya bersyukur begitu banyak orang mengambil waktu untuk membaca dan merenungkan hal ini," ujarnya.

Singkatnya menurut Rieder ada banyak argumentasi bervariasi terhadap pandangannya. Ada yang mengatakannya berlebihan dan lainnya. Tapi itu semua tak mengubah keyakinan Rieder untuk membahas etika memiliki anak di era perubahan iklim ini. Beberapa komentar lain menurut Rieder mengatakan, perihal perubahan iklim ini hanyalah tipuan. Ini dirancang oleh orang-orang yang ingin mengontrol sumber daya di dunia.

Dalam penelitian Rieder, ia memperkirakan 1,5 hingga dua derajat celcius level pemanasan akan "berbahaya" dan "sangat buruk". Sementara untuk empat derajat celsius telah masuk pada level bencana dan akan meninggalkan segmen besar bumi yang sebagian besar dihuni oleh manusia.

Menurut survei, pada level 1,5-2 derajat celsius laporan Bank Dunia memprediksi peningkatan kejadian cuaca ekstrem, gelombang panas yang mematikan dan tekanan air tinggi. Produksi pangan akan menurun dan timbulnya wabah penyakit menular. Permukaan air laut juga akan naik, dan membuat kota-kota pantai berisiko tersapu badai. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan tahun 2030-2050 saat mencapai tingkat pemanasan global, setidaknya 250 ribu orang akan meninggal setiap tahun.

Sementara pada level empat derajat celsius pemanasan, Bank Dunia memperkirakan setiap musim panas akan lebih panas dari rekor gelombang panas saat ini. Hal ini akan membuat Timur Tengah, Afrika Utara dan Mediterania akan menjadi lokasi mematikan selama bulan-bulan musim panas. Banyak kota-kota pesisir akan benar-benar tenggelam dan semua negara pulau yang rendah kemungkinan harus ditinggalkan.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement