Selasa 30 Jan 2018 19:53 WIB

Gerhana Bulan Total Bersamaan dengan Supermoon dan Bluemoon

Fase gerhana bulan total akan berlangsung selama satu jam 16 menit.

Rep: Muhammad Fauzi Ridwan/ Red: Andi Nur Aminah
Super Blue Blood Moon. Ilustrasi
Foto: Mashable
Super Blue Blood Moon. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, LEMBANG -- Peneliti Observatorium Bosscha, Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Mohamad Irfan mengungkapkan Gerhana Bulan Total (GBT) akan berlangsung pada 31 Januari 2018 bersamaan dengan supermoon dan bluemoon. GBT diawali dengan gerhana parsial pukul 18.48 WIB, berlanjut gerhana total dan berakhir pukul 22.11 WIB.

Dia mengatakan, fase gerhana bulan total akan berlangsung selama satu jam 16 menit dan bisa diamati dari seluruh penjuru wilayah Indonesia. "Posisi bulan saat GBT bertepatan ia mencapai titik jarak terdekat dengan bumi, sehingga membuat bulan tampak lebih besar (supermoon) dan terang," ujarnya, Selasa (30/1).

Ia menuturkan, seluruh daerah di Indonesia bisa mengamati puncak gerhana bulan. Namun, hanya sebagian daerah yang bisa menyaksikan GBT mulai dari bulan masuk ke bayangan penumbra bumi, puncak gerhana hingga keluar dari bayangan.

 

photo
Fenomena alam 'supermoon' terlihat dari Indramayu, Jawa Barat, Ahad (3/12) lalu.

Menurutnya, pulau Papua, Kalimantan, Sulawesi, Bali hingga Jawa Timur bisa menikmati proses awal gerhana hingga berakhir. Sementara, masyarakat di Jawa Tengah, Jawa Barat dan Sumatra hanya bisa melihat bulan sudah di posisi gerhana.

Dia menambahkan, GBT merupakan peristiwa yang langka dan tidak menimbulkan bencana seperti yang banyak dikhawatirkan. Bahkan, prosesnya bisa diamati dan aman ditonton oleh masyarakat. Dia mengatakan, yang hanya akan terjadi adalah gelombang air laut naik. Oleh karena itu, para nelayan diingatkan agar berhati-hati saat melaut.

Sementara itu, Astronom amatir dari Observatorium Imah Noong, Hendro Setyanto mengungkapkan GBT merupakan fenomena langka yang disebut Super Blue Blood Moon. Karena bertepatan dengan fenomena supermoon dan blue moon yang jarang terjadi.

 

photo
Super Blue Blood Moon

Pakar Astronomi ITB, Muji Raharto mengungkapkan, GBT merupakan salah satu kejadian langka yang terjadi dua kali sepanjang abad ke-21. Fenomena itu akan berulang kembali pada 2037 mendatang. Dia mengatakan, posisi bulan relatif dekat dengan bumi sehingga disebut supermoon.

Menurutnya, ketika terjadi supermoon, penampakan bulan lebih besar sampai 14 persen dan lebih terang 30 persen dari pada biasanya. Hal itu terjadi karena orbit bulan yang berupa elips, sehingga jarak bumi-bulan tidak selalu sama.

"Gerhana bulan 31 Januari berlangsung di bulan purnama kedua pada Januari maka dinamakan sebagai blue moon. Blue moon hanyalah suatu istilah, tidak menunjukkan bulan itu berwarna biru," katanya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement