REPUBLIKA.CO.ID, KOLOMBIA -- Sebuah penelitian yang didukung PBB mengatakan, tindakan manusia dapat menyebabkan kepunahan setengah burung dan mamalia Afrika pada akhir 2100. Penelitian yang dilakukan oleh 550 ahli dari seluruh dunia tersebut mengatakan berkurangnya keanekaragaman hayati dapat memengaruhi kualitas hidup masyarakat.
Ditemukan juga 42 persen spesies hewan dan tanaman darat di Eropa dan Asia Tengah telah menurun dalam dekade terakhir. Temuan itu muncul setelah kematian badak putih utara terakhir di Sudan beberapawaktu lalu. Meskipun menyedihkan, penelitian tersebutjuga menunjukkan beberapa keberhasilan dalam membalikkan penurunan pada satwa liar.
Studi oleh Science-Policy Platform on Biodiversity and Ecosystem Services (IPBES) menunjukkan tutupan hutan di Cina dan bagian lain dari Asia Timur Laut telah meningkat lebih dari 20 persen antara tahun 1990 dan 2015. Studi tersebut juga menemukan bahwa hewan, seperti macan tutul amur, yang pernah berada di ambang kepunahan telah tumbuh dalam populasi.
Ilmuwan Inggris terkemuka Sir Robert Watson mengatakan perlunya tindakan untuk menghentikan dan membalikkan penggunaan alam yang tidak berkelanjutan atau mempertaruhkan masa depan yang diinginkan. "Untungnya, bukti juga menunjukkan bahwa kita tahu bagaimana melindungi dan mengembalikan sebagian aset alam vital kita," katanya saat berbicara pada KTT Keanekaragaman Hayati 2018 di Kolombia, seperti dikutip dari BBC, Sabtu (24/3).
Para sukarelawan akademik melihat melalui sekitar 10.000 publikasi ilmiah untuk survei keanekaragaman hayati yang dianggap paling luas sejak 2005. Di antara daftar ancaman terbesar terhadap keamanan pangan dan air adalah polusi, perubahan iklim, dan penggundulan hutan.
Para ilmuwan mengatakan pemerintah, bisnis, dan individu harus mempertimbangkan dampak terhadap keanekaragaman hayati saat mengambil keputusan tentang pertanian, perikanan, kehutanan,pertambangan, atau pembangunan infrastruktur.