Senin 02 Apr 2018 07:15 WIB

Ide Bank Darah Tali Pusat Undang Perhatian Ilmuwan

Darah dari tali diduga mengandung sel punca yang berharga.

Rep: Fuji Pratiwi/ Red: Dwi Murdaningsih
Sel Punca. Ilustrasi
Foto: Sciencealert
Sel Punca. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Ketimbang dibuang begitu saja, darah fetus (janin) yang masih tersisa pada tali pusat setelah janin lahir diduga mengandung sejumlah sel dan molekul yang berpotensi sebagai penyembuh.

Pada 1980an, darah dari tali pusat menari perhatian para peneliti karena mereka menduga ada bentuk lain sel punca yang berharga di sana. Sel-sel tersebut, yang bisa dalam berbagai bentuk sel darah, sama seperti sel punca pada sumsum tulang. Sel punca seperti itu sebenarnya juga ditemukan pada orang dewasa, tapi tidak banyak.

Pada 1988, seorang anak berumur lima tahun bernama Matthew menderita sejenis amemia. Matthew lalu menerima transfusi darah tali pusat adik perempuannya yang baru lahir dan terdeteksi bebas dari anemia seperti Matthew. Transfusi itu sukses menyembuhkan Matthew dari anemia.

Sejak itu, penelitian seputar darah dari tali pusat booming dan menemukan banyak hal, termasuk potensinya untuk penyembuhan sejumlah penyakit. Pemanfaatan sel punca untuk penyembuhan akan menekan risiko ditolaknya sel tersebut dari donor oleh sistem tubuh resipien karena sel punca sangat fleksibel. Ini jadi kabar baik bagi beberapa etnis minoritas yang sering kesulitas mencari donor.

Antara 1988 hingga 2015, diprediksi sudah da 35 ribu transfusi darah tali pusat di dunia. Itu termasuk mereka yang menjalani terapi leukimia atau kanker darah lainnya, gangguan darah dan imunitas. ''Penggunaan darah tali pusat bahkan lebih luas dari yang umum diketahui. Jika Anda baca literatur, sangat menarik,'' kata pediatris dan imunologis di Baylor College of Medicine dan Texas Childrens Hospital, William Shearer seperti dikutip Science News, pekan ini.

Beberapa peneliti menduga darah tali pusat juga mengandung sel lain yang berpotensi untuk menyembuhkan penyakit selain penyakit seputar darah. Sel-sel imun khusus bisa sedikit mengubah fungsi otak. Percobaan penggunaan darah tali pusat untuk berbagai penyakit juga sudah dicoba oleh berbagai peneliti di seluruh dunia termasuk autisme, diabeter, lupus, bahkan Alzheimer.

Peneliti pediatrik Duke University, Joanne Kurtzberg, mengatakan, sebuah riset klinis dimana anak-anak autis disuntikkan darah tali pusat akan dilakukan pada musim panas 2018 nanti. Riset ini bertujuan untuk melihat apakah transfusi darah tali pusat berefek positif mengurangi tanda-tanda spektrum autisme. Joanne Kurtzberg sendiri merupakan salah satu pendiri lembaga nirlaba bank darah tali pusat di Carolina Utara.

Penelitian darah tali pusat memang menarik perhatian banyak peneliti. Namun, harapan para peneliti agar para orang tua bersedia menyumbangkan darah tali pusat anak-anaknya masih berada dalam ketidakpastian.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement