Ahad 15 Apr 2018 05:05 WIB

Gemar Begadang Berisiko Alami Kesehatan Lebih Buruk

Gangguan diabetes, psikologis, neurologis, dan gastrointestinal lebih umum terjadi.

Rep: Farah Noersativa/ Red: Endro Yuwanto
Susah tidur (ilustrasi)
Susah tidur (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA –- Kabar tak baik bagi orang-orang yang suka begadang. Orang-orang yang menggambarkan diri mereka sebagai ‘evening person’ atau orang malam, ini berisiko memiliki kesehatan yang buruk lebih tinggi, dibandingkan dengan ‘morning person’ atau orang pagi.

Dilansir dari ABCnews, pekan ini, studi baru diikuti lebih dari 430 ribu orang dewasa di Inggris antara usia 38 hingga 73 tahun selama enam setengah tahun. Pada akhir periode ini, para peneliti membandingkan tingkat kematian jenis orang pagi dan orang malam.

Peneliti juga meneliti berbagai kondisi medis lebih umum pada kedua kelompok itu. Sekali lagi, tipe orang malam bernasib lebih buruk. Gangguan diabetes, psikologis, neurologis, dan gastrointestinal lebih umum terjadi pada orang yang lebih suka begadang di malam hari.

“Adanya hubungan antara tidur terlambat dan kesehatan yang buruk merupakan akibat dari jam tubuh internal kita yang tidak selaras dengan kegiatan sosial, seperti bekerja dan makan,” kata para peneliti.  

Hal itu juga merupakan efek dari pemaksaan diri untuk memiliki pola tidur yang berbeda pada akhir pekan dibandingkan dengan hari kerja.

Studi ini memperhitungkan sejumlah faktor yang mungkin mempengaruhi hasil, seperti usia, jenis kelamin, merokok, dan obesitas. Tapi ada kemungkinan faktor lain yang berperan dan dilewatkan para peneliti.

“Misalnya, stres, diet, isolasi, dan penggunaan narkoba serta alkohol, semua diketahui berkontribusi terhadap kesehatan yang buruk dan mungkin bertanggung jawab atas hasil medis yang berbeda untuk jenis orang pagi dan malam,” kata peneliti.

Para peneliti berpikir penelitian ini merupakan indikasi awal. Penelitian sebelumnya telah menghubungkan gangguan jam tubuh dengan diabetes dan hipertensi, serta masalah kesehatan mental seperti depresi. "Temuan ini menunjukkan perlunya meneliti intervensi yang ditujukan untuk memungkinkan orang jenis malam memiliki fleksibilitas kerja yang lebih besar," kata para peneliti.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement