Sabtu 28 Jul 2018 07:20 WIB

Gerhana Bulan Total Picu Radiasi Ponsel, BMKG: Itu Hoaks

BMKG memantau banyak hoaks yang hadir berbarengan dengan fenomena alam.

BMKG melakukan pemantauan gerhana bulan total, Jumat hingga Sabtu (28-29/7)
Foto: Adinda Pryanka
BMKG melakukan pemantauan gerhana bulan total, Jumat hingga Sabtu (28-29/7)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Deputi Bidang Geofisika Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Muhamad Sadly mengatakan kehadiran fenomena alam kerap diiringi berita bohong atau "hoaks". Hal yang sama terjadi saat gerhana bulan total pada Sabtu (28/7).

"Jadi kami selain melakulan pemantauan juga harus menjelaskan ke masyarakat," kata Sadly di sela-sela pemantauan gerhana bulan total di Gedung A BMKG, Jakarta, Sabtu dini hari.

Sadly meminta agar masyarakat tidak memercayai pesan-pesan berantai yang dikirimkan melalui aplikasi perpesanan instan begitu saja. Apalagi informasi itu tidak disertai sumber yang jelas.

Baca juga: Super Blood Moon Terpantau di Padang Panjang

Masyarakat diminta lebih memercayai informasi-informasi yang disampaikan lembaga-lembaga resmi pemerintah, termasuk BMKG, yang disiarkan melalui berbagai saluran. "Misalnya aplikasi 'Info BMKG' yang dapat diunduh dan dipasang di ponsel. Kami juga meminta media massa memberitakan hal yang benar," tuturnya.

Sebelumnya, beredar pesan berantai yang isinya memperingatkan masyarakat terhadap radiasi ponsel yang berbahaya akibat peristiwa gerhana bulan total. Sadly mengatakan peristiwa gerhana bulan yang terjadi pada 28 Juli 2018 dini hari merupakan peristiwa langka karena merupakan gerhana bulan total terlama pada abad ke-21.

"Proses gerhana bulan terjadi selama enam jam 17 menit, dengan gerhana bulan total mencapai 103 menit merupakan yang terlama hingga lebih dari 100 tahun ke depan," tuturnya.

Gerhana bulan total dengan fase totalitas lebih lama akan terjadi pada 9 Juni 2123, yaitu mencapai 106 menit. Namun, peristiwa tersebut tidak akan dapat teramati dari Indonesia.

Gerhana bulan total dengan fase totalitas yang lebih lama dan dapat diamati dari Indonesia baru akan terjadi pada 19 Juni 2141, mencapai 106 menit.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement