REPUBLIKA.CO.ID, WINA -- Para peneliti dari Universitas Kedokteran Wina dan Badan Lingkungan Austria telah menemukan mikroplastik dalam kotoran manusia untuk pertama kalinya. Studi percontohan kecil ini dilihat dari delapan peserta dari negara-negara seluruh dunia, termasuk Finlandia, Italia, Jepang, Belanda, Polandia, Rusia, Inggris, dan Austria.
Para peserta diminta untuk menyimpan buku harian makanan selama satu pekan sebelum memberikan sampel tinja untuk dianalisis di Badan Lingkungan Austria. Setelah menganalisa sampel untuk 10 jenis plastik menggunakan prosedur analitis baru, para peneliti menemukan setiap sampel tinja yang diuji positif terdapat mikroplastik.
Mikroplastik merupakan partikel kecil dari plastik kurang dari lima milimeter. Hingga sembilan jenis plastik yang berbeda ditemukan. Masing-masing berukuran antara 50 dan 500 mikrometer. Rata-rata, seperti yang dilansir dari Malay Mail, Selasa (23/10), para peneliti menemukan 20 partikel mikroplastik per 10 gram tinja.
Polypropylene (PP) pada bungkus makanan dan polyethylene terephthalate (PET) pada botol plastik, adalah jenis yang paling umum ditemukan. Buku harian makanan para peserta juga menunjukkan mereka semua telah terpapar plastik melalui makanan mereka dengan mengonsumsi makanan yang terbungkus plastik atau minum dari botol plastik.
Buku harian itu juga menunjukkan tidak ada peserta yang vegetarian. Enam dari mereka mengkonsumsi ikan laut. Diperkirakan, karena polusi, dua hingga lima persen dari semua plastik yang dihasilkan berakhir di laut.
Plastik tersebut di konsumsi oleh hewan laut dan masuk ke rantai makanan. Jumlah mikroplastik yang signifikan telah terdeteksi pada ikan tuna, lobster, dan udang.
Peneliti utama Dr Phillipp Schwabl mengatakan ini adalah penelitian pertama dan menegaskan apa yang telah lama diduga oleh para peneliti bahwa plastik pada akhirnya mencapai usus manusia.
“Sementara konsentrasi plastik tertinggi dalam penelitian pada hewan telah ditemukan di usus, partikel mikroplastik terkecil mampu memasuki aliran darah, sistem limfatik dan bahkan mencapai hati. Sekarang kita memiliki bukti pertama, kita perlu penelitian lebih lanjut untuk memahami apa artinya bagi kesehatan manusia,” ujar Schwabl.