REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Burung hantu memiliki telinga asimetris pada bagian kanannya. Posisinya lebih tinggi dibandingkan telinga kirinya. Telinga asimetris membuat burung hantu lebih peka terhadap sumber bunyi dan menjadi modal utama untuk berburu mangsa.
"Pendengaran menjadi alat utama burung hantu untuk berburu, dengan telinga asimetris tersbut maka bisa mengukur jarak mangsanya," kata peneliti LIPI, Hidayat Ashari di Jakarta, Jumat (16/11).
Selain telinganya, mata burung hantu juga menjadi indera penunjang untuk berburu mangsa karena dapat melihat dalam kegelapan. Sayapnya memiliki gerigi halus seperti sisir yang berfungsi memecah aliran udara sehingga burung hantu dapat terbang tanpa terdengar.
Burung hantu juga memiliki cakar yang dua jarinya berlawanan. Dua di depan dan dua di belakang, untuk memudahkan mereka mencengkram mangsanya.
Ada dua suku burung hantu yaitu burung-hantu gudang (Tytonidae) dan suku burung hantu sejati (Strigidae). Menurut Hidayat, suku Tytonidae biasanya memangsa mamalia kecil seperti tikus, sementara suku Strigidae memakan insekta.
"Burung hantu memakan mangsanya bulat-bulat, kemudian setelah beberapa saat kemudian dia muntahkan kembali tulang dan juga bulu mangsanya dalam bentuk pelet," kata dia.
Saat ini diperkirakan ada 54 jenis burung hantu ada di Indonesia. Sebanyak 16 jenis telah masuk daftar hewan yang dilindungi.