REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Setelah melakukan serangkaian percobaan dengan sukarelawan manusia, peneliti dari University of Gavle di Swedia serta University of Central Lancashire dan Lancaster University, menyimpulkan musik dapat secara sigfnifikan mengganggu kemampuan orang menyelesaikan tugas yang melibatkan kreativitas verbal.
Sebuah makalah yang sekarang ditampilkan dalam jurnal Applied Cognitive Psychology menjelaskan bagaimana tim secara kritis memeriksa klaim latar musik meningkatkan kreativitas. Para peneliti menyelidiki efek mendengarkan musik pada kemampuan orang menyelesaikan tugas verbal yang menuntut kreativitas.
Tugas-tugas tersebut merupakan varian dari Compound Remote Associate Tasks (CRATs). Tugas ini digunakan banyak ilmuwan untuk mempelajari kreativitas yang melibatkan proses berbasis wawasan.
“Kami menemukan bukti kuat dari gangguan kinerja ketika memainkan musik dibandingkan dengan kondisi yang tenang,” ujar asisten penulis yang bekerja di departemen psikologi Lancaster University Dr Neil McLatchie, seperti yang disiarkan di Medical News Today, Jumat (1/3).
Para peserta melakukan tes sambil mengalami kondisi tenang, kondisi bisingnya perpustakaan atau mendengarkan musik. Ada tiga jenis musik yang disetel, yakni musik instrumental, musik dengan lirik yang akrab di telinga, dan dengan lirik yang tidak dikenal.
Hasil penelitian menunjukkan mendengarkan musik secara signfikan mengganggu kinerja pada tugas kreativitas verbal dibandingkan dengan kondisi kebisingan atau perpustakaan. Temuan ini konsisten di ketiga jenis musik.
Selain itu, dalam tes tentang efek musik dengan lirik yang akrab, mendengarkan musik mengganggu kinerja terlepas dari pengaruhnya terhadap suasana hati dan apakah peserta menyukainya atau tidak. Tim menemukan ini masih berlaku bagi mereka yang biasanya mendengarkan musik saat mereka bekerja.
Memori di otak berfungsi seperti papan alas sementara untuk menyimpan dan memanipulasi informasi. Kegiatan sehari-hari, seperti mengemudi, menulis, mengadakan percakapan, dan membuat keputusan, menggunakan memori yang berfungsi.
Studi pencitraan otak telah mengungkapkan memori yang bekerja mengaktifkan area motor sekunder. Bahkan ketika area motor prime untuk bicara tidak aktif. Para ilmuwan berpendapat ada dua jenis memori, yakni memori kerja verbal dan sementara menyimpan dan memanipulasi informasi berbasis kata dan memori kerja visuospatial untuk melakukan hal yang sama dengan informasi visual.
Para peneliti juga tidak menemukan perbedaan yang signifikan dalam kinerja tugas yang diselesaikan oleh para peserta di kondisi tenang sebagai lawan dari kondisi kebisingan perpusatakaan. Mereka berpendapat ini adalah karena sifat keadaan tenang dari kebisingan perpustakaan mengganggu ke dalam memori kerja verbal ke tingkat yang lebih rendah.