Rabu 25 Sep 2019 18:47 WIB

Perubahan Iklim Perpotensi Sebabkan Laut Naik 90 Cm

Perubahan akan sangat berbahaya bagi 71 persen wilayah dunia .

Rep: Dwina Agustin/ Red: Dwi Murdaningsih
Terumbu karang Great Barrier Reef di Australia memutih dan kehilangan penutupnya akibat badai, perubahan iklim dan ledakan populasi bintang laut berduri
Foto: REUTERS
Terumbu karang Great Barrier Reef di Australia memutih dan kehilangan penutupnya akibat badai, perubahan iklim dan ledakan populasi bintang laut berduri

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Perubahan iklim membuat lautan di seluruh dunia semakin cepat naik. Kondisi ini pun ditambah dengan kondisi laut yang kehilangan oksigen dan menjadi lebih asam dengan keadaan yang semakin cepat.

Laporan khusus oleh Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim (IPCC) yang berafiliasi dengan Perserikatan Bangsa-Bangsa menyatakan, perubahan iklim ini pun membuat lebih banyak es dan salju mencair. Kondisi ini membuat laut naik tiga kaki atau 0.9 meter pada akhir abad ini, lebih sedikit ikan, semakin lemah arus laut, bahkan badai yang lebih kuat dan lebih basah, dan El Ninos yang lebih buruk.

Baca Juga

"Lautan dan bagian-bagian dunia yang beku berada dalam masalah besar dan itu berarti kita semua juga berada dalam masalah besar. Perubahan semakin cepat," kata salah satu penulis utama laporan dan  profesor ilmu geologi dan hubungan internasional di Universitas Princeton Michael Oppenheimer.

Perubahan-perubahan ini akan sangat berbahaya bagi 71 persen wilayah dunia yang tercakup dalam samudra atau 10 persen yang tercakup dalam es dan salju. Kondisi tersebut pun dapat membahayakan manusia, tanaman, hewan, makanan, masyarakat, infrastruktur dan ekonomi global.

Lautan menyerap lebih dari 90 persen panas dari polusi karbon di udara, termasuk karbon dioksida. Lautan menghangat lebih lambat daripada udara, tetapi, memerangkap panas lebih lama dengan efek samping yang lebih besar.

"Permukaan laut terus naik dengan laju yang meningkat. Peristiwa permukaan laut ekstrem yang secara historis langka (sekali per abad di masa lalu) diproyeksikan akan sering terjadi (setidaknya sekali per tahun) di banyak lokasi pada tahun 2050," ujar laporan tersebut.

Laporan itu pun menghubungkan perairan dengan salju dan es Bumi yang disebut kriosfer. Elemen-elemen tersebut memiliki keterkaitan satu sama lain. “Lautan dan kisofer dunia telah mengambil panas untuk perubahan iklim selama beberapa dekade. Konsekuensi bagi alam dan kemanusiaan melanda dan parah,” kata wakil ketua IPCC dan wakil asisten administrator untuk penelitian di Administrasi Kelautan dan Atmosfer Nasional Amerika Serikat Ko Barrett.

Dalam laporan tersebut menjelaskan lautan telah naik 3,66 milimeter per tahun, artinya 2,5 kali lebih cepat dari peningkatan diantara tahun 1900-1990. Lautan dunia pun telah kehilangan satu hingga tiga persen oksigen sejak tahun 1970 dan akan kehilangan lebih banyak karena pemanasan terus berlanjut.

Dari 2006 hingga 2015 pencairan es dari Greenland, Antartika, dan gletser gunung dunia semakin cepat dan kini kehilangan 720 miliar ton es per tahun. Es laut Arktik pada bulan September turun hampir 13 persen per dekade sejak 1979.  Jika polusi karbon terus berlanjut, pada akhir abad ini akan ada peluang 10 hingga 35 persen setiap tahun es laut akan hilang di Kutub Utara pada bulan September.

IPCC meningkatkan proyeksi kenaikan permukaan laut akhir abad ini dalam skenario kasus terburuk dengan hampir 10 sentimeter dari proyeksi 2013. Keputusan itu melihat peningkatan pencairan lapisan es baru-baru ini di Greenland dan Antartika.

Lembaga pemenang Hadiah Nobel mengharuskan negara-negara yang melakukan pertemuan pekan ini di Monako untuk secara bulat menyetujui laporan tersebut. Hal ini didukung dengan hasil data kenaikan permukaan laut yang lebih sedikit dan bahaya yang lebih kecil daripada studi ilmiah lainnya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement