REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK — Penyebab dari gangguan perkembangan pada anak-anak, seperti Attention Deficit Hyperactivity Disorder atau ADHD dan autisme, selama ini sulit untuk diketahui secara pasti. Bahkan, sering kali peneliti salah dalam menyimpulkan hal ini, karena petunjuk-petunjuk yang tak mudah untuk dipahami.
Namun, baru-baru ini, penelitian dari Rumah Sakit Mount Sinai di New York, Amerika Serikat (AS) memberi titik terang atas teka-teki penyebab gangguan perkembangan itu. Dalam sebuah studi yang diterbitkan dalam Translational Psychiatry pada September lalu, ada sebuah tanda unik dari kondisi ADHD dan autisme yang bisa diidentifikasi dari gigi bayi.
Hal itu sekaligus menunjukkan bahwa regulasi metabolisme nutrisi dan racun dapat berperan sebagai penyebab gangguan perkembangan tersebut. Dalam sebuah laporan, peneliti mengungkapkan bahwa telah menggunakan gigi bayi untuk merekonstruksi paparan pranatal dan awal kehidupan, terkait nutrisi dan unsur-unsur beracun yang ditemukan pada anak dengan autisme, ADHD, dan neurotipikal.
Studi ini memeriksa gigi bayi dari 74 anak yang terdaftar dalam Roots of Autism dan ADHD Twin Study di Swedia (RATSS), yang mencakup juga saudara kembar dengan atau tanpa autisme serta ADHD. Para peneliti juga membandingkan metabolisme unsur pada anak-anak dengan neurotypical serta anak-anak dengan ADHD dan autisme atau mereka yang didiagnosis mengalami gangguan perkembangan tersebut.
Tanda metabolik dikatakan sebagai kunci untuk penelitian di masa depan. Dalam studi ini, ditemukan bahwa ADHD dan autisme memiliki tanda metabolik yang unik, yang bisa menjadi kombinasi disregulasi dalam jalur metabolisme dan melibatkan unsur-unsur penting, serta beracun.
"Ahli epidemiologi lingkungan biasanya mempelajari paparan unsur-unsur penting dan beracun dengan memeriksa berapa banyak unsur tertentu yang terpapar pada seorang anak, tetapi penelitian kami menunjukkan bahwa cara seorang anak memetabolisme paparan lingkungan sangat penting untuk perkembangan saraf yang sehat," ujar Paul Curtin, asisten profesor dari Environmental Medicine and Public Health di Icahn School of Medicine, Mount Sinai.
Curtin juga mengatakan bahwa penemuan gangguan spektrum autisme serta gabungan autisme dan ADHD, masing-masing memiliki tanda metabolik yang unik dan dapat memberi informasi untuk studi di masa depan tentang apa yang mungkin menyebabkan gangguan perkembangan ini. Selain itu, ini juga dapat membantu para peneliti untuk menentukan keterkaitan dalam berbagai penyakit, yang pada akhirnya dapat mengarahkan pada pengembangan strategi untuk pengobatan dan pencegahan.
Meski penemuan ini sangat berarti untuk studi lebih lanjut di masa depan, tetapi itu belum dapat dijadikan sebagai alat diagnostik untuk ADHD dan autisme. Satu yang bisa disimpulkan adalah bahwa penelitian kali ini bisa saja memiliki implikasi terhadap cara kondisi gangguan perkembangan tersebut terdeteksi sejak dini dalam kehidupan seorang anak.
ADHD adalah gangguan perkembangan dalam peningkatan aktivitas motorik anak-anak hingga menyebabkan aktivitas anak-anak yang tidak lazim dan cenderung berlebihan. Sementara itu, autisme merupakan gangguan perkembangan otak yang memengaruhi kemampuan penderita dalam berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain.