Rabu 11 Dec 2019 01:15 WIB

Studi: Sampah Plastik Bunuh Setengah Juta Kepiting Pertapa

Diperkirakan 570 ribu kepiting pertapa mati setelah terperangkap dalam puing plastik

Rep: Abdurrahman Rabbani/ Red: Christiyaningsih
Diperkirakan 570 ribu kepiting pertapa mati setelah terperangkap dalam puing plastik. Ilustrasi.
Diperkirakan 570 ribu kepiting pertapa mati setelah terperangkap dalam puing plastik. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Diperkirakan 570 ribu kepiting pertapa telah mati setelah terperangkap dalam puing-puing plastik. Para peneliti mengatakan tumpukan plastik di pantai menciptakan hambatan fisik dan perangkap mematikan bagi kepiting.

Dilansir BBC, para ilmuwan mengatakan diperlukan lebih banyak penelitian tentang bagaimana sampah plastik memengaruhi populasi satwa liar di seluruh dunia, terutama di daratan. "Potensi plastik di pantai dan ekosistem permukaan tanah lainnya yang menyebabkan kerusakan masih belum diketahui," kata kurator senior di Departemen Ilmu Kehidupan di Natural History Museum di London sekaligus co-author studi, Alex Bond.

Baca Juga

Dirinya mengatakan plastik di lautan telah menjadi perangkap dan sebagai pakan bagi satwa liar. Tetapi di darat, sampah plastik bertindak sebagai perangkap dan penghalang bagi sebagian spesies dalam aktivitas keseharian mereka.

Para peneliti melakukan survei situs di Kepulauan Cocos (Keeling) di Samudra Hindia dan Pulau Henderson di Pasifik Selatan. Mereka mengatakan kedua lokasi dipenuhi jutaan plastik. Mereka mengatakan kepiting telah merangkak ke dalam wadah plastik, tidak bisa keluar, dan akhirnya mati.

Wadah yang memiliki bukaan memungkinkan kepiting untuk masuk. Namun wadah yang memiliki bukaan menghadap ke atas membuat kepiting kesulitan merangkak kembali.

Para peneliti menghitung berapa banyak wadah berbahaya di sana dan berapa banyak berisi kepiting yang terperangkap. Temuan para peneliti tersebut untuk memperkirakan total untuk kepiting di pulau-pulau itu.

"Hasil ini mengejutkan tetapi mungkin tidak mengejutkan," kata ketua peneliti institut untuk studi kelautan dan Antartika di University of Tasmania di Australia, Jennifer Lavers.

"Tak bisa dihindari bahwa makhluk-makhluk ini akan berinteraksi dengan dan dipengaruhi oleh sampah plastik," katanya.

Masalahnya diperburuk oleh fakta bahwa kepiting pertapa tidak memiliki cangkang sendiri. Ketika mereka tumbuh, mereka perlu pindah ke cangkang yang lebih besar. Ketika satu kepiting mati, ia mengeluarkan bau yang memberi tahu kepiting lain bahwa ada cangkang baru.

Dalam satu wadah, peneliti menemukan 526 kepiting pertapa. Mereka juga menemukan wadah berisi kepiting mati dan hidup. Para penulis mengatakan kepiting pertapa memainkan peran penting dalam ekosistem. Mereka membuahi dan menyebarkan benih demi kelangsungan hidupnya.

Mereka juga memainkan peran dalam dunia pariwisata dengan memberi pengunjung kesempatan untuk mengamati satwa liar asli. Meskipun penelitian dilakukan di pulau-pulau terpencil, Bond mengatakan sampah plastik bersifat global. Ini kemungkinan akan menjadi masalah di mana pun kelomang hidup bersama dengan sampah plastik.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement