Jumat 24 Jan 2020 16:04 WIB

Ilmuwan Temukan Otak yang Meledak karena Letusan Gunung

Bagian otak itu diduga terkena panas 950 Fahrenheit akibat letusan gunung.

Rep: Puti Almas/ Red: Dwi Murdaningsih
Otak manusia (Ilustrasi)
Foto: Pixabay
Otak manusia (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebuah batu berkilauan yang ditemukan di reruntuhan kota kuno. Benda ini ternyata diidentifikasi sebagai bagian dari otak manusia yang telah meledak akibat panasnya letusan gunung berapi. Hal ini diketahui dalam sebuah studi yang diterbitkan di The New England Journal of Medicine pada Kamis (23/1).

Tim peneliti yang dipimpin Pier Paolo Petrone, seorang antropolog forensik di University of Naples Federico II mengatakan, penemuan sisa-sisa otak manusia dari zaman kuno adalah temuan yang sangat langka. Ini adalah penemuan pertama dari bagian organ tubuh manusia itu, yang telah terkena panas 950 derajat fahrenheit akibat terjadinya letusan gunung berapi.

Baca Juga

Petrone dan rekan-rekannya telah menghabiskan waktu bertahun-tahun mempelajari sisa jenazah dari orang-orang yang meninggal karena letusan Gunung Vesuivius pada 79 Masehi (M). Bencana ini sangat terkenal, karena membuat kota-kota Romawi kuno, seperti Pompeii dan Herculaneum terbakar hangus.

Lava dan abu mengubur semua orang yang tidak dapat melarikan diri dari area dalam radius ledakan gunung berapi. Bakan, saat ditemukan, sisa-sisa dari permukiman yang terkena bencana ini berupa jasad manusia yang utuh dan menjadi batu karena diawetkan oleh abu, bahkan terlihat detail yang menakutkan, seperti mimik wajah mereka.

Sebagai contoh, salah satu korban letusan adalah seorang lelaki yang ditemukan berbaring di ranjang kayu di dalam Collegium Augustalium di Herculaneum.  Menurut para arkeolog bangunan itu adalah markas besar sekte yang didedikasikan untuk Kaisar Romawi Augustus.

Jasad laki-laki itu ditemukan pada 1960-an dan kemungkinan ia adalah seorang penjaga gedung. Saat memeriksa lebih seksama, Petrone memperhatikan  material berkilau hitam mengkilat di bagian dalam tengkorak.

Mengingat tim sebelumnya pernah menemukan tengkorak yang retak dan menguap darah di situs Herculaneum lain, Petrone mengatakan zat tersebut adalah bukti lebih kuat bahwa letusan Gunung Vesuivius benar-benar berdampak pada kepala manusia. Para peneliti menganalisis komposisi protein dari bahan kaca, yang mengungkapkan adanya asam lemak yang cocok dengan yang ditemukan pada rambut dan otak manusia.

Berdasarkan bukti di lingkungan orang tersebut, tim berpikir bahwa suhu di Collegium mencapai hingga 520 derajat celcius atau 970 derajat fahrenjeit, ketika abu vulkanik menyapu bangunan tempat laki-laki itu berada. Panas yang tiba-tiba ini membuat otak pria tersebut seperti tersetrum dan menjadi batuan padat.

“Pendeteksian bahan kaca dari kepala korban, protein yang diekspresikan di otak manusia, dan asam lemak yang ditemukan di rambut manusia menunjukkan pelestarian jaringan otak manusia yang diinduksi secara termal,” ujar tim Petrone dalam penelitian, Jumat (24/1).

Meski letusan dahsyat di Gunung Vesuvius terjadi hampir 2.000 tahun lalu, bencana ini selalu teringat bagi banyak orang di seluruh dunia dan mencetak sejarah, karena terjadi pada puncak Kekaisaran Romawi. Sementara para sejarawan mengandalkan orang-orang yang bertahan hidup dari targedi ini, penemuan arkeolog dari jenazah-jeazah yang diperiksa juga memberi pengetahuan lebih lanjut.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement