Rabu 29 Jan 2020 15:58 WIB

Untuk Penelitian Vaksin, Australia Produksi Virus Corona

Virus Corona yang dihasilkan di lab oleh ilmuwan Australia telah dibagikan ke WHO.

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Reiny Dwinanda
Virus corona. Virus Corona yang dihasilkan di laboratorium oleh ilmuwan Australia telah dibagikan ke WHO dan negara lain untuk penelitian pengembangan vaksin.
Foto: EPA-EFE/CDC
Virus corona. Virus Corona yang dihasilkan di laboratorium oleh ilmuwan Australia telah dibagikan ke WHO dan negara lain untuk penelitian pengembangan vaksin.

REPUBLIKA.CO.ID, MELBOURNE -- Para ilmuwan di Australia menjadi pihak yang pertama memproduksi virus corona jenis baru di laboratorium di luar China. Temuan itu telah dibagikan dengan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan laboratorium lain di seluruh dunia dengan harapan dapat membantu upaya untuk mendiagnosis dan mengobati penyakit akibat virus corona yang bermutasi tersebut.

Para ilmuwan di China juga telah membuat ulang virus dan berbagi urutan genomnya, tetapi bukan virus itu sendiri. Australia menghasilkannya dari sampel pasien yang positif terinfeksi virus corona.

Baca Juga

Wabah virus corona telah menewaskan 132 orang di China dan menginfeksi lebih dari 5.974 orang. Setidaknya ada 47 kasus yang dikonfirmasi di 15 negara lain, termasuk di Thailand, Prancis, AS, dan Australia. Tidak ada kematian yang dilaporkan di luar China.

Para peneliti di laboratorium spesialis di Melbourne, Australia, mengatakan mereka dapat menumbuhkan salinan virus dari pasien yang terinfeksi. Sampel dikirim kepada mereka Jumat lalu.

"Kami telah mengantisipasi kejadian seperti ini selama bertahun-tahun, dan itulah mengapa kami bisa mendapatkan jawaban dengan begitu cepat," kata Dr Mike Catton dari Peter Doherty Institute for Infection and Immunity, dilansir BBC, Rabu (29/1).

Dokter mengatakan, salinan itu dapat digunakan sebagai bahan kontrol untuk pengujian dan akan menjadi game-changer untuk diagnosis. Itu bisa melibatkan tes diagnosis dini yang dapat mendeteksi virus pada orang yang belum menunjukkan gejala.

Pihak berwenang China mengatakan virus yang seperti flu biasa ini dapat menyebar selama masa inkubasinya. Tetapi WHO mengatakan masih belum jelas apakah virus menular sebelum gejala muncul.

"Tes antibodi akan memungkinkan kita untuk menguji secara retrospektif pasien yang dicurigai sehingga kita dapat mengumpulkan gambaran yang lebih akurat tentang seberapa luas virus itu dan akibatnya, antara lain, tingkat kematian yang sebenarnya," kata Catton.

Temuan itu, menurut Catton, juga akan membantu dalam penilaian efektivitas vaksin percobaan.

Menurut WHO, periode inkubasi dapat berkisar dari dua hingga 10 hari. Dalam beberapa hari terakhir, jumlah kasus virus di China telah melonjak dengan cepat, meskipun pihak berwenang berjuang untuk mencegah penyebarannya.

Pemerintah China telah mengambil tindakan luas untuk secara efektif mengunci Wuhan di provinsi Hubei, tempat virus itu berasal, dan kota-kota di sekitarnya.

 

 

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement