REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Saatnya operator menempatkan pelanggannya sebagai bos, jika tak ingin gagal dalam implementasi teknologi GSM generasi ke empat (4G) seperti long term evolution (LTE).
Pandangan ini disampaikan CEO Alcatel Lucent, Ben Verwayeen menanggapi adanya pandangan bahwa teknologi GSM generasi ketiga (3G) mengalami kegagalan. Kegagalan 3G mengundang kekhawatiran bahwa teknologi penerusnya seperti LTE juga akan mengalami kegagalan.
Salah satu indikasi kegagalan implementasi 3G adalah tidak dimanfaatkannya layanan video call, baik di Indonesia maupun di berbagai negara lain. Sementara video call merupakan ikon 3G.
Dalam pandangan Ben, 3G sebenarnya menawarkan berbagai layanan baru yang amat dibutuhkan oleh pelanggan telekomunikasi. ''3G pada dasarnya adalah layanan baru berbasis data, seperti akses internet yang lebih cepat,'' katanya memberi contoh, saat berdialog dengan sejumlah wartawan di Jakarta.
Bila kemudian layanan video call belum banyak dimanfaatkan hal ini tidak lepas dari berbagai kendala yang ditemui pada layanan ini. Seperti gambar yang tidak bagus, atau komunikasi yang tidak lancar. Ben menyatakan hal ini bisa saja terjadi, karena 3G berbasis data, bukan video.
Video call, hanyalah salah satu layanan yang dikembangkan melalui 3G. Ada banyak layanan lain yang bisa dikembangkan disini. Namun sayangnya, belum banyak operator yang melakukan eksplorasi layanan baru sesuai kebutuhan konsumen.
Fenomena ini, ujar Ben, tak lepas dari pandangan operator itu. '' Operator masih mempoisikan diri sebagai bos, seharusnya pelanggan yang menjadi bos, bukan operatornya,'' kata Ben, yang melakukan lalu mengawali kegiatan di tahun 2011 dengan melakukan kunjungan ke Indonesia.
Ben mengingatkan bahwa operator idealnya seperti penjual ice cream. ''Semua pada dasarnya suka ice cream, namun masing-masin berbeda toping-nya,'' kata Ben bertamsil. Ini berarti sekalipun kebutuhan dasar pelanggan seluler relatif sama, namun masing-masing pelanggan memiliki keinginan yang berbeda antara satu dengan yang lain.
''Saat membeli ice cream, saya minta toping coklat, Anda mungkin yang lain, pelanggan lain mungkin sama, mungkin juga tidak. Masalah ini yang harus menjadi perhatian operator,'' papar Ben kemudian.
Lantas bagaimana dengan LTE yang tengah diujicoba di Indonesia dan akan diterapkan nantinya. Ben yang didampingi Presiden Wilayah Asia Pasifik Rajeev Sing Morales dan President Alcatel Lucent Indonesia, Frederic Capelard menyebut Indonesia memiliki prospek yang bagus untuk implementasi teknologi baru seperti LTE. ''Indonesia membutuhkan broadband untuk mendorong kemajuan dan percepatan ekonomi,'' kata Ben kemudian.
Hanya saja, broadband yang ada harus dioptimalkan untuk mendukung peningkatan kinerja seluruh stake holder, bukan untuk mendukung peningkaan penetrasi komunikasi saja. Dalam pandangan Ben, Indonesia membutuhkan 'sentuhan' teknologi informasi.
Bukan semata-mata perluasan atau penetrasi telekomunikasi yang memungkinkan semakin banyak orang bisa menikmati layanan telekomunikasi atau internet. Ia mengapreasiasi langkah pemerinah menyediakan akses telekomunikasi di seluruh desa melalui program USO.Namun demikian target melayani seluruh populasi di Indonesia disebutnya sebagai target yang sangat fantastik.
Teknologi komunikasi dan informasi, dalam pandangan Ben, memiliki kontribusi yang besar untuk mendorong kemajuan di Indonesia. Sepanjang ia bisa dimanfaatkan dengan baik dan benar.
Ia memberi contoh integrasi sistem teknologi informasi untuk memudahkan jajaran pemerintah memberikan layanan kepada masyarakat. Seluruh jajaran kementrian kesehatan, misalnya, harus terintegrasi dalam satu sistem. Sistem di kementrian ini selanjutnya harus diintegrasikan dengan sistem yang ada di kementrian terkait.
Sekali lagi Ben mengingatkan bahwa potensi yang ada di Indonesia bisa dimaksimalkan apabila teknologi informasi dimanfaatkan dengan benar dan optimal. ''Dari sini kita melihat ada kebutuhan broadband yang sangat besar,'' ujar Ben kemudian. Karena itu implementsi teknologi seperti 3G, LTE atau 4G seharusnya memberi kontribusi positif bagi Indonesia.