Kamis 09 Feb 2012 19:45 WIB

Sungai Seihan: Menelusuri Jejak Sungai Surga (Bag 2)

Red: Heri Ruslan
Sungai Seihan
Foto: livius.org
Sungai Seihan

REPUBLIKA.CO.ID,  Menurut berbagai sumber, nama Adana berasal dari Uru Adaniya. Sedangkan, sumber lain menybutkan nama sungai itu berakar dari karakter Danaus yang legendaris, atau  Danaoi, sebuah suku mitologi Yunani yang datang dari Mesir dan menetap di kota Yunani Argos.

Dalam legenda Romawi-Yunani, nama kota di tepi sungai yang disebut dalam hadis yang diriwayatkan Imam Muslim itu, berasal dari  nama Adanus and Sarus. Keduanya adalah anak Uranus yang datang ke dekat Sungai Seihan atau Sarus. Lalu mereka membangun kota Adana.

Menurut para arkeolog, kota Adana telah dihuni sejak 3.000 tahun yang lalu. Wilayah yang berada di tepi Sungai Seihan itu telah dijadikan tempat menetap mulai Zaman Paleolitik Age.  Kalangan arkelog juga menemukan fakta bahwa di Zaman Neolitik, di wilayah itu sudah dibangun dinding batu dan pusat kota.

Sejak zaman dahulu, kota Adana menjadi rebutan kerajaan-kerajaan besar.  Menurut sebuah sumber sejarah yang ditemukan di Hattusa, kerajaan pertama yang menguasai kota itu adalah Kizzuwatna, di bawah perlindungan Kerajaan Hittites pada 1335 SM.

Ketika itu, wilayah itu masih bernama  Uru Adaniyya, dan penduduknya disebut Danuna. Semenjak Kekaisaran Hittite Empire tumbang pada 1191-1189 SM, kota itu menjadi rebutan kerajaan-kerajaan kecil. Sejumlah kerajaan kecil pernah menguasai wilayah itu antara lain, Kue Assyrians pada abad ke-9 SM, Persia abad ke-6 SM, Alexander Agung pada 333 SM, perompak dari Sicilia, dan Kerajaan Sicilia.

Peradaban Islam mulai menancapkan bendera kekuasaannya di kota Adana pada pertengahan abad ke-7 M.  pada zaman itu, Adania berada dalam genggaman pasukan tentara dari Arab.  Kerajaan Bizantium sempat merebut kota itu dari kekuasaan Islam pada 964 M.

Namun, kota itu kembali direbut pasukan tentara Islam, setelah Alp Arslan dari Dinasti Seljuk memenangkan pertempuran Manzikert  pada 1071 M. Pasukan tentara Seljuk yang ketika itu mengendalikan pemerintahan Abbasiyah, setelah jatuhnya Dinasti Buwaihi, berhasil memukul mundur Kerajaan Bizantium.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement