Tarekat Naqsabandiyah: "Kami Bukan Aliran Sesat"

Rep: Friska Yolanda/ Red: Dewi Mardiani

Ahad 19 Aug 2012 15:00 WIB

Jamaah Tarekat Naqsabandiyah di Sumatera Barat. Foto: kabarnet.wordpress.com Jamaah Tarekat Naqsabandiyah di Sumatera Barat.

REPUBLIKA.CO.ID, Tarekat Naqsabandiyah sudah hadir sejak ratusan tahun lalu di Indonesia. Di Padang, Sumatra Barat (Sumbar), Naqsabandiyah dibawa oleh Syekh Tahib yang menuntut ilmu di Makkah selama 25 tahun.

Imam surau Tarekt Naqsabandiyah, Zahar (57 tahun) mengaku, dia mulai berdakwah di Padang sekitar tahun 1900-an. Kemudian ia menurunkan ilmunya kepada kemenakannya, Syekh Munir. Ilmu ini terus diturunkan sampai kepada Syafri Malin Mudo yang kini menjadi guru besar tarekat di Padang dan sekitarnya.

Tarekat ini tidak hanya ada di Kota Padang, tetapi juga ada di wilayah Solok, Payakumbuh, dan Pasaman. Penyebaran tarekat ini dilakukan dengan menurunkan ilmu suluk dari guru besar kepada murid-muridnya di surau.

Murid tersebut kemudian menyebarkan ajaran ini dengan mendirikan surau di kampung halaman masing-masing. "Biasanya mereka menuntut ilmu satu sampai dua tahun," ungkap Zahar yang telah 30 tahun berdakwah.

Kecuali penetapan Ramadhan, tidak ada perbedaan dalam tata cara beribadah di Tarekat Naqsabandiyah. Seluruhnya dilaksanakan seperti yang tercantum dalam Alquran dan hadits.

Karena perbedaannya dalam memutuskan waktu Ramadhan, beberapa kali Tarekat Naqsabandiyah didatangi oleh Kementerian Agama. Bahkan Menteri Agama datang sendiri datang ke surau tersebut untuk bersilaturahmi.

Ajaran ini bukanlah ajaran sesat, tegas Zahar. Islam sangat menghargai keragaman. Pun Tarekat Naqsabandiyah. Jangan sampai perbedaan ini memecah belah umat.

Terpopuler