Kamis 07 Jan 2016 02:43 WIB

Manulife dan DBS Investasi Rp 1 Triliun Untuk Layanan Digital

Rep: Binti Sholikah/ Red: Nur Aini
Manulife
Foto: *
Manulife

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Asuransi Jiwa Manulife Indonesia dan PT Bank DBS Indonesia menginvestasikan dana senilai 100 juta dolar Singapura atau sekitar Rp 1 triliun untuk pengembangan layanan digital. Dana tersebut diinvestasikan secara bertahap dalam jangka waktu 15 tahun ke depan.

Direktur Consumer Banking Bank DBS Indonesia, Wawan Salum mengatakan,  perusahaan menargetkan pertumbuhan bisnis bancassurance sebesar 40 persen sampai akhir tahun 2016. Kontribusi bancassurance di Wealth Management saat ini sekitar 25 persen dan ditargetkan naik menjadi 30 persen pada akhir 2016.

Menurutnya, investasi tersebut akan digunakan untuk pengembangan layanan digital di kawasan regional. “Uang ini dipakai untuk mengembangkan layanan digital bagi konsumer, untuk perlengkapan costumer-facing engagement, serta sistem penjualan pelayanan consumer. Salah satunya dengan membentuk relationship managers (RM),” jelasnya dalam konferensi pers di Jakarta, Rabu (6/1).

Chief Partnership Business Officer Manulife Indonesia, Hans De Waal menambahkan, investasi senilai Rp 1 triliun tersebut disumbang masing-masing 50 persen oleh Manulife dan DBS. Investasi tersebut mencakup pengembangan kawasan regional yang mencakup empat negara termasuk Indonesia. “Kabanyakan akan diinvestasikan untuk perkembangan teknologi informasi (IT), merubah model bisnis,” katanya.

Menurut Hans, potensi calon nasabah untuk pemasaran produk asuransi masih cukup tinggi. Sebab, penetrasi asuransi jiwa di Indonesia masih tergolong kecil. Untuk  produk asuransi individual penetrasinya masih 2,5 persen. Pertumbuhan total premi asuransi di Indonesia sekitar 15-20 persen (yoy). Sedangkan pertumbuhan ekonomi Indonesia rata-rata di kisaran 5-6 persen.

Dia menyebutkan ada beberapa hal yang mendorong perkembangan asuransi jiwa di Indonesia. Pertama, pasar kelas menengah ke atas yang tumbuh pesat, pada 2030 diperkirakan jumlahnya 235 juta orang. Serta, populasi kelompok usia porduktif di Indonesia mencapai 65 persen dari total populasi dan akan meningkat menjadi 75 persen dalam beberapa tahun mendatang.  

Total aset kelompok menengah ke atas akan naik dari 42 juta dolar AS tahun 2015 menjadi sekitar 300-400 juta dolar AS. Kontribusi kelas menengah ke atas terhadap ekonomi Indonesia mencapai 2.4 persen. Selain itu, jumlah jutawan di Indonesia juga meningkat pesat, pada tahun 2020 jumlahnya diperkriakan meningkat delapan kali lipat daripada 2014.

“Digitalisasi, penggunaan teknologi digital sangat pesat, akhir 2015 pengguna teknologi digital meningkat hingga 140 juta pengguna,” ucapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement