Beribadah di Tempat Terbaik

Red: Agung Sasongko

Selasa 05 Jul 2016 14:31 WIB

Syekh Nuruddin Sarrouj (tengah) diapit Pimpinan Pondok Pesantren Darul Istiqamah Bulukumba, Makassar, Sulawesi Selatan KH Mudzakkir M Arif (kanan) dan CEO Madinah Iman Wisata Nuryadin Yakub di Brussels, Belgia, Ahad (14/2). Foto: Irwan Kelana/Republika Syekh Nuruddin Sarrouj (tengah) diapit Pimpinan Pondok Pesantren Darul Istiqamah Bulukumba, Makassar, Sulawesi Selatan KH Mudzakkir M Arif (kanan) dan CEO Madinah Iman Wisata Nuryadin Yakub di Brussels, Belgia, Ahad (14/2).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Berumrah selama Ramadhan terutama di 10 hari terakhir sudah menjadi pilihan banyak warga Indonesia. Namun tidak banyak yang memilih hingga berlebaran di tanah suci. CEO Madinah Iman Travel, Nuryadin merasakan hampir setiap tahun, berumrah di 10 hari terakhir Ramadhan. Bedanya, Nuryadin memilih untuk terus merayakan 1 Syawal di Makkah, meninggalkan kemeriahan lebaran di tanah air.

Sejak terjun di bisnis travel umrah 2009 lalu hingga menjadi seorang CEO, Nuryadin bersyukur selalu diberi kesempatan merasakan saat-saat ibadah di 10 hari terakhir Ramadhan hingga Idul Fitri di tanah suci. Dan sudah menjadi kebiasaannya bila umrah diteruskan hingga merayakan Idul Fitri di tanah suci. Ia mengaku sudah lebih dari lima tahun menjalankan lebaran di tanah suci.

“Sejak 2011 hingga sekarang lebaran di sana. Dari 2011 baru sekali saya berlebaran di tanah air,” kata dia kepada Republika.co.id.

Ia memiliki prinsip, pilihan untuk berumrah hingga lebaran di tanah suci, karena Allah telah memuliakan Ramadhan diantara bulan-bulan yang lain. Dan Allah memuliakan 10 hari terakhir Ramadhan sebagai waktu terbaik untuk beribadah, dengan satu malam Lailatul Qadar, lebih baik dari seribu bulan. Dan tempat termulia paling dekat dengan Allah adalah Mekkah dan Madinah.

“Jadi alangkah baiknya bila di waktu-waktu terbaik, beribadah di tempat terbaik. Orang yang berumrah saat Ramadhan sama dengan berhaji bersama Rasulullah SAW,” kata dia. Nuryadin mengaku sangat menikmati melayani jamaah umrah yang berangkat untuk mencari waktu-waktu istimewa itu. Selain menjadi  hubungan bisnis, ada jaringan persaudaraan yang kuat dengan jamaah umrah yang mencari keistimewaan 10 hari terakhir hingga Idul Fitri.

Kedekatan itu ia rasakan bersama rombongan itu terutama ketika berlebaran bersama di Makkah. Karena ia mengakui, bagaimanapun, suasana lebaran di tanah air sangat dirindukan. Dan tidak ada yang paling dekat dengan saudara seiman setanah air dibandingkan rombongan jamaah umrah yang berangkat bersamanya.

“Walaupun sekhidmat apapun ibadah dan seramai apapun Idul Fitri di Masjidil Haram, tetap saja kita merindukan suasana lebaran di tanah air,” ujar dia. Namun itu bukan berarti Idul Fitri di Saudi tanpa nilai silaturahim. Menurutnya budaya bersilaturahim tetap ada di Arab Saudi.

Ia mengungkapkan warga di Arab Saudi juga saling mengunjungi keluarga dan kerabat, mereka ingin tampil terbaik dengan pakaian yang paling bagus. Sama seperti di Indonesia. Namun karena jarak keluarga yang berada di Indonesia, tentunya kerinduan itu hanya bisa dilampiaskan sesama rombongan dari tanah air.

Jadi untuk melepaskan kerinduan suasana lebaran dan silaturahim ala halal bi halal di Indonesia, terkadang Nuryadin mengajak jamaah umrahnya berkumpul. Sambil menikmati makanan dan kue khas Saudi dan Timur Tengah. Cara ini diakuinya sedikit banyak bisa melepas kerinduan berlebaran bersama keluarga di tanah air.

Terpopuler