Selasa 14 Jan 2020 04:14 WIB

Kematian Mantan Istri Sule Buat Kita Jadi Detektif Dadakan

Ada baiknya mengurangi penghakiman sebelum proses hukum dilakukan.

Red: Joko Sadewo
Gita Amanda
Foto: Republika/Kurnia Fakhrini
Gita Amanda

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Gita Amanda*

Awal tahun 2020, dibuka dengan berita duka dari keluarga komedian dan pembawa acara Entis Sutisna a.k.a Sule. Pada Sabtu 4 Januari lalu, mantan istrinya Lina Jubaidah menghembuskan nafas terakhir di usia 42 tahun.

Berita terkait meninggalnya mantan istri Sule ini, awalnya biasa-biasa saja. Sampai pada Senin 6 Januari lalu, anak sulung Lina dan Sule, Rizky Febian, merasa ada yang janggal dengan kematian Sang Bunda.

Rizky pun melaporkan hal ini ke kepolisian, yang berujung pada pembongkaran makam Lina dan autopsi jenazah. Rizky yang didampingi Sule dalam salah satu wawancara mengaku, autopsi dilakukan untuk menjawab rasa penasaran akan kematian mendadak ibundanya.

Bagaimana tidak, sepekan sebelum Lina meninggal, Rizky dan 4 adiknya masih jalan-jalan bareng Sang Ibu. Dari Youtube adiknya, Putri Delina, tampak Lina bersama empat anaknya dari Sule dan satu putranya dari pernikahan terbaru, masih tertawa-tawa menghabiskan waktu belanja dan makan-makan di salah satu mal di Bandung.

Kala itu, Lina mengenakan gamis merah cerah. Ia sibuk memilih baju buat putra putrinya yang ingin liburan akhir tahun. Sementara Iky, sapaan Rizky Febian, dalam video tampak sering kali menggendong adik sambungnya yang masih berusia kurang dari dua bulan. Lina memang baru saja melahirkan anak dari perkawinan terbarunya, pada 9 November 2019.

Kondisi Lina yang nampak sehat-sehat saja itulah yang membuat, Iky dan keluarga besarnya mempertanyakan kematian mendadak Lina sepekan setelah mereka bertemu itu. Lina disebutkan meninggal akibat asam lambung yang dideritanya selama ini.

Beberapa media menyebutkan kejanggalan kematian Lina. Mulai dari banyaknya lebam di jenazah hingga keluarga yang kabarnya tak diizinkan melihat mayat Lina sesaat setelah meninggal. Juga perihal surat wasiat yang dibuat Lina.

Kita bahas sedikit terkait lebam pascakematian atau perubahan warna kulit pascakematian. Salah satunya livor mortis, yang banyak dibahas. Dikutip laman Amboss, livor mortis mengacu pada perubahan warna kebiruan di bawah kulit bagian bawah tubuh akibat gravitasi darah setelah kematian. Lokasi dan warna dari lebam ini memberi informasi tentang waktu dan penyebab kematian. Beberapa lebam menunjukkan kematian yang wajar, lainnya menunjukkan ada hal lain yang menyebabkan kematian.

Berikut di antaranya:

- Ungu kebiruan: lividitas normal. Lividitas adalah saat darah tubuh tidak dipompa melalui pembuluh darah setelah jantung berhenti, menyebabkan darah mengendap.

- Merah kehijauan: menunjukkan hidrogen sulfida biasanya diproduksi dalam bahan organik yang membusuk.

- Cokelat tua: menunjukkan jenazah keracunan fosfor.

- Merah kecokelatan: keracunan zat membentuk methemoglobin seperti nitrit atau anilin.

- Merah muda pucat: kehilangan darah, anemia berat, atau pendarahan hebat.

- Merah ceri: keracunan karbonmonoksida.

- Merah terang: keracunan sianida.

Itu tadi tanda-tanda livor mortis berdasarkan warna lebamnya. Namun ada banyak hal lain yang juga diselidiki dalam proses autopsi.

Tapi yang menarik adalah, dugaan-dugaan yang jadi buah bibir di antara para warganet Tanah Air, terkait kematian Lina. Kasus kematian ini membuat saya mengingat beberapa buku atau film detektif yang saya baca maupun tonton. Sebut saja Shinichi Kudo atau Conan, Detektif Adrian Monk atau Detektif Sherlock Holmes. Kalau mereka benar-benar ada, tentu kasus ini bisa mereka pecahkan dengan mudah.

Mungkin warganet banyak juga yang menjadi pembaca atau penonton setia detektif-detektif tadi. Sebab dengan kasus kematian Lina, mendadak banyak orang mungkin juga termasuk saya, lantas belagak seperti detektif-detektif itu dalam menganalisis kematian Lina. Tuduhan tentu mengarah secara tak langsung ke suami baru Lina. Meski sang pria juga mengaku akan terus kooperatif dengan pihak berwenang karena tak merasa bersalah atas kematian Lina.

Tapi berita-berita di media masa yang cukup masif, belum lagi cuapan-cuapan di media sosial. Sedikit banyak sudah menghakiminya secara tak langsung. Banyak orang menduga, ia dalang di balik kematian mendadak Lina. Banyak yang mengira, itu dilakukan lantaran mengincar harta benda Lina. Tak sedikit juga yang berkomentar ini adalah buah dari ulah Lina meninggalkan Sule.

Saat ini tak ada yang bisa dilakukan, "detektif-detektif" dadakan maupun keluarga besar Lina hanya bisa menunggu hasil autopsi dan laboratorium pihak berwenang. Apa pun hasilnya, tentu sangat dinantikan keluarga maupun warganet yang haus informasi ini.

Dan apa pun hasilnya, ada baiknya sikap menghakimi atau berlagak detektif sedikit kita kurangi. Setidaknya, media atau warganet bisa munculkan sedikit empati untuk keluarga almarhumah yang ditinggalkan.

Tapi saya jadi ingin nonton lagi film-film detektif tadi, siapa tahu ada yang serupa. Karena sudah lama saya lupa cerita-ceritanya.

*) penulis adalah jurnalis republika.co.id

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement