Jumat 24 Jun 2022 17:54 WIB

Diskriminasi Usia Bisa Sebabkan Gangguan Kesehatan Mental

Diskriminasi usia dialami hampir semua orang dewasa yang beranjak menua.

Rep: Rahma Sulistya/ Red: Nora Azizah
Diskriminasi usia dialami hampir semua orang dewasa yang beranjak menua.
Foto: www.freepik.com.
Diskriminasi usia dialami hampir semua orang dewasa yang beranjak menua.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ageisme atau diskriminasi usia ternyata hampir dialami semua orang dewasa yang beranjak menua. Bahkan, diskriminasi dialami dalam kehidupan sehari-hari.

“Ageisme mungkin merupakan bentuk diskriminasi yang paling umum dan bentuk yang paling dimaafkan secara sosial,” kata penulis sebuah studi baru yang juga asisten profesor kesehatan di University of Oklahoma Julie Ober Allen, dilansir dari unitedpressinternational, Jumat (24/6/2022).

Baca Juga

Terkait rasisme, seksisme, homofobia, dan '-isme' lainnya, selalu meningkat dalam 60 tahun terakhir. Namun, ageisme masih terus diabaikan.

Di dalam penelitian, Allen dan rekan-rekannya memeriksa hasil jajak pendapat lebih dari 2.000 orang berusia antara 50 dan 80 tahun tentang pengalaman sehari-hari mereka. Para peserta menerima skor berdasarkan jawaban mereka, yakni atas 10 pertanyaan tentang pengalaman dan keyakinan mereka sendiri tentang penuaan.

Semakin tinggi skor, maka semakin besar kemungkinan orang berada dalam kesehatan fisik atau mental yang buruk memiliki kondisi kesehatan kronis, atau menunjukkan tanda-tanda depresi. Sebanyak 65 persen responden mengatakan, mereka hanya sering melihat, mendengar, atau membaca lelucon tentang orang tua. Dan 45 persen mengatakan, mereka mengalami langsung bagaimana orang memandang mereka dalam hal teknologi, penglihatan, pendengaran, atau ingatan, karena usia mereka.

“Beberapa orang dewasa yang menua mungkin merasa itu bukan masalah besar, tetapi mereka mungkin menginternalisasikannya. Keyakinan dan stereotip ageisme yang terinternalisasi ini mungkin yang paling berbahaya,” kata Allen.

Ketika diinternalisasi, ageisme dapat mempengaruhi kesehatan mental dan fisik. 

“Seperti ‘-isme’ lainnya, ageisme adalah sumber stres, dan orang-orang memiliki respons stres, jadi menurut kami reaksi fisiknya akan sama,” papar Allen.

Seorang Ahli Geriatri dan profesor di University of California, Los Angeles, Dr Catherine Sarkisian, meninjau temuan tersebut. Dia mengatakan, orang dewasa yang menua dapat menginternalisasi prasangka dan diskriminasi sehingga mempengaruhi kualitas hidupnya.

"Meskipun melakukan upaya terbaik, manusia akan tetap mengembangkan kondisi kesehatan yang turun dengan bertambahnya usia. Kami tidak ingin mereka merasa gagal dalam penuaan jika mereka menghadapinya,” kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement