Rabu 05 Oct 2022 10:15 WIB

Ilmuwan Temukan Cacing Hama Lebah Dapat Urai Plastik

Dua zat dalam air liur cacing lilin diketahui mudah memecah jenis plastik yang umum.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Friska Yolandha
Larva ngengat.
Foto: Pixabay
Larva ngengat.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Ilmuwan kembali menemukan cara alami untuk mengurangi polusi plastik. Dua zat dalam air liur cacing lilin atau larva ngengat yang memakan lilin yang dibuat oleh lebah untuk membuat sarang lebah diketahui mudah memecah jenis plastik yang umum.

Cacing lilin adalah larva ngengat lilin, spesies yang disebut Galleria mellonella. Dianggap hama oleh peternak lebah, ulat memakan lilin lebah, serbuk sari dan madu, kadang-kadang juga memakan larva lebah.

Baca Juga

Tapi, para peneliti yang menerbitkan hasil studi dalam jurnal 'Nature Communications' mengatakan, dua enzim yang diidentifikasi dalam air liur binatang itu ditemukan dengan cepat dan pada suhu kamar mendegradasi polietilen. Plastik jenis ini paling banyak digunakan di dunia dan penyumbang utama krisis lingkungan yang membentang dari laut hingga puncak gunung.

Studi ini didasarkan pada temuan para peneliti 2017 bahwa cacing lilin mampu mendegradasi polietilen, meskipun pada saat itu tidak jelas bagaimana serangga kecil ini melakukannya. Jawabannya adalah enzim, zat yang dihasilkan oleh organisme hidup yang memicu reaksi biokimia.

Agar plastik terdegradasi, oksigen harus menembus polimer atau molekul plastik dalam langkah awal penting yang disebut oksidasi. Para peneliti menemukan bahwa enzim melakukan langkah ini dalam beberapa jam tanpa perlu pra-perawatan seperti menerapkan panas atau radiasi.

"Ini mengubah paradigma biodegradasi plastik," kata ahli biologi molekuler Federica Bertocchini dari Dewan Riset Nasional Spanyol (CSIC) yang memimpin penelitian.

Plastik terbuat dari polimer yang dirancang agar sulit terurai dan mengandung aditif yang meningkatkan daya tahan. Kondisi itu berarti dapat tetap utuh selama bertahun-tahun, puluhan tahun, atau berabad-abad. "Fitur yang sama yang membuat plastik menjadi bahan yang unik dan berguna, menciptakan salah satu masalah paling kritis abad ini," kata Bertocchini.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement