Kamis 03 Nov 2022 12:32 WIB

Gara-Gara Belanda Ogah Serahkan Papua, Soekarno Nasionalisasi Semua Perusahaan Belanda

Para buruh langsung mengambil alih perusahaan milik Hindia Belanda.

Rep: Kurusetra/ Red: Partner
Toko Merah. Gedung ini pernah ditempati NV Jacobson van den Berg, sebuah perusahaan dagang Belanda yang dinasionalisasi Soekarno pada 1957.
Toko Merah. Gedung ini pernah ditempati NV Jacobson van den Berg, sebuah perusahaan dagang Belanda yang dinasionalisasi Soekarno pada 1957.

Toko Merah. Gedung ini pernah ditempati NV Jacobson van den Berg, sebuah perusahaan dagang Belanda yang dinasionalisasi<a href= Soekarno pada 1957." />
Toko Merah. Gedung ini pernah ditempati NV Jacobson van den Berg, sebuah perusahaan dagang Belanda yang dinasionalisasi Soekarno pada 1957.

KURUSETRA -- Salam Sedulur... Menyelusuri Jl Kalibesar Barat, Jakarta Kota, kita akan menemukan sebuah gedung yang hampir seluruh bagian depannya berwarna merah. Pada salah satu tembok merahnya terdapat tulisan Toko Merah. Toko itu berdekatan dengan Stadhuis (Balaikota Batavia) yang kini masih tetap berdiri kokoh meskipun telah berusia tiga abad.

Beberapa gubernur jenderal VOC pernah mendiami gedung berlantai dua yang dibangun oleh Gustaff Baron van Imhoff pada 1730 tersebut. Saking kuatnya sejarah Toko Merah dan keunikannya, hingga kini banyak wisatawan asing dan pecinta gedung tua yang mendatanginya.

BACA JUGA: Di Depan Toko Merah Belanda Bantai Balita Sampai Lansia Keturunan China

Di depan gedung bersejarah tersebut mengalir Groote Rivier atau Kali Besar, yang menjadi saksi bisu pembantaian terhadap orang-orang Tionghoa, yang terjadi 10 tahun setelah gedung tersebut berdiri (1740). Di muara Ciliwung itu pula, yang kala itu airnya jernih, pada pagi dan sore, para Indo-Belanda mandi. Sementara, pada malam terang bulan, para muda-mudi, sambil main gitar, bernyanyi menumpahkan isi hati mereka.

Melihat Toko Merah kita jadi ingat pada NV Jacobson van den Berg, sebuah perusahaan dagang Belanda yang dinasionalisasi pada tahun 1957 (pada masa Bung Karno), dan pernah menempati gedung serba merah tersebut. Pada zaman Belanda, NV Jacobson merupakan salah satu perusahaan raksasa yang memiliki jaringan tersebar di seluruh dunia dan memiliki cabang di seluruh kota di Nusantara.

BACA JUGA: Karena Kurang Biaya, Pemerintah Hindia Belanda Batalkan Rencana Pemindahan Ibu Kota

Setelah Jepang menaklukkan Hindia Belanda (1942-1945), sejumlah karyawan Belanda, khususnya yang menduduki jabatan tinggi di Jacobson van den Berg dan empat perusahaan lainnya, raib tidak ketahuan rimbanya — diduga dibantai oleh Dai Nipon.

Dalam buku Toko Merah Saksi Kejayaan Batavia Lama di Tepian Muara Ciliwung, Thomas B Ataladjar menulis bahwa pada 1946 — setelah NICA berkuasa kembali di Jakarta — perusahaan raksasa NV Jacobson van den Berg kembali menempati gedung lamanya itu, yakni Toko Merah.

BACA JUGA: Saat Negara-Negara di Dunia Bangkrut, Kelaparan Melanda Hindia Belanda


Toko Merah. Gedung ini pernah ditempati NV Jacobson van den Berg, sebuah perusahaan dagang Belanda yang dinasionalisasi Soekarno pada 1957.
Toko Merah. Gedung ini pernah ditempati NV Jacobson van den Berg, sebuah perusahaan dagang Belanda yang dinasionalisasi Soekarno pada 1957.

Didirikan di Amsterdam pada 1 Juni 1860, NV Jacobson van den Berg, memiliki kantor di Toko Merah, Jl Kalibesar 111, Jakarta Barat. Perusahaan yang bergerak di bidang asuransi dan industri itu merupakan salah satu dari The Big Five (lima perusahaan raksasa milik Belanda), selain Internatio, Lindeteves, Borsuimy dan Geo Wehry.

The Big Five membentuk sebuah trading house yang kuat dan menguasai jaringan bisnis perdagangan, produksi, jasa, industri, serta distribusi di berbagai negara.

BACA JUGA: Kali Besar di Batavia Pernah Jadi Urat Nadi Perdagangan Rempah-Rempah Hindia Belanda

Ketika dilakukan penyerahan kedaulatan dari Belanda ke Indonesia sebagai hasil dari Konperensi Meja Bundar (KMB) Den Haag pada tahun 1949, masih banyak persoalan yang belum tuntas. Bung Karno, yang tidak sabar, karena persoalan daerah paling timur Indonesia itu tidak kunjung selesai, pada 13 Pebruari 1956 memutuskan hubungan diplomatik dengan Belanda.

Keputusan Bung Karno itu disambut hangat oleh rakyat Indonesia. Perusahaan-perusahaan milik Belanda yang masih beroperasi diambil alih. Dalam pidatonya melalui RRI Bung Karno mengancam agar para buruh mengambil alih semua perusahaan Belanda bila tidak mau menyerahkan Irian Barat (Papua) kepada Indonesia.

BACA JUGA: Papua Selalu Dipandang Sebagai Objek Kekuasaan dan Kebudayaan

Begitu mendengar pidato Bung Karno itu, para buruh langsung mengambil alih perusahaan milik Belanda, termasuk NV Jacobson van den Berg. Perkebunan dan perbankan milik Belanda juga dinasionalisasi. Bank-bank peninggalan Belanda, setelah dilebur, menjadi Bank Mandiri. Sedangkan The Big Five kemudian dilebur menjadi PT Dharma Bhakti.

Ketika terjadi sengketa RI-Belanda, banyak orang Indo yang tinggal di Indonesia, khususnya di Jakarta, memilih meninggalkan Indonesia. Sejak saat itu banyak orang Indonesia kehilangan teman Indonya, yang umumnya lebih cantik dibanding cewek bule.

BACA JUGA: Hukuman Mati di Kota Tua, Dipancung Hingga Digantung

.

DENGARKAN DONGENG PILIHAN UNTUK ANDA:

.

BACA ARTIKEL MENARIK LAINNYA:

> FreeMP3Downloads: Gratis Download Lagu MP3 dan MP4, Cukup Ketik Judul Lalu Save di HP

> Humor Cak Nun: Soal Rokok Muhammadiyah Terbelah Jadi Dua Mahzab

> Humor Ramadhan: Puasa Ikut NU yang Belakangan, Lebaran Ikut Muhammadiyah yang Duluan

> Muhammadiyah Tarawih 11 Rakaat, Pakai Formasi 4-4-3 atau 2-2-2-2-2-1?

> Download Lagu MP3 Gratis dari YouTube Pakai MP3 Juice Lalu Simpan di HP: Cepat dan Mudah

.

Ikuti informasi penting seputar berita terkini, cerita mitos dan legenda, sejarah dan budaya, hingga cerita humor dari KURUSETRA. Kirim saran dan kritik Anda ke email kami: [email protected]. Jangan lupa follow juga Youtube, Instagram, Twitter, dan Facebook KURUSETRA.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement