Muslim Moskow Kekurangan Masjid
REPUBLIKA.CO.ID, MOSCOW--Moskow, ibu kota Federasi Rusia tengah bergeliat kembali. Sekian lama murung dan terkurung dalam kekangan komunisme, masyarakat Moskow mulai memiliki mimpi dan harapan. Sendi-sendi keberagamaan mulai dirajut kembali. Ibaratnya, Islam yang semula tercekik kini mulai bernafas. Bahkan, dinamisasi warga Muslim Rusia --terutama Moskow-- serupa dengan negara-negara lain di Eropa dan dunia.
Masalah penggunaan bahasa sempat menjadi perbincangan hangat komunitas Muslim Rusia. Benturan budaya tak sempat mengemukan meski masih terlihat dampak dari pemisahan etnis yang dilakukan rezim komunis. Pasalnya, komunitas Muslim Rusia terdiri dari berbagai etnis, seperti Turki, asli Rusia, dan yang terbesar adalah Tatar. Masalah segera muncul ketika tidak semua warga Muslim Rusia menggunakan bahasa Rusia.(Baca republika.co.id di rubrik Dunia Islam, Kamis, 2 September 2010).
Kini, masalah lain muncul. Komunitas Muslim Rusia membutuhkan masjid. Moskow hanya memiliki tiga masjid besar, yakni Sobornaya, Moscow Cathedral Mosque, dan Moscow Grand Mosque. Dengan jumlah Muslim yang terus bertambah, ketiga masjid tidak lagi mampu menampung Muslim Moskow. Abdyl Ashim Ibraimov (30 tahun), jamaah Masjid Sobornaya mengaku kesulitan ketika agak terlambat tiba di masjid karena selalu penuh. Dia pun terpaksa shalat di luar.
Bagi Ibraimov, keberadaan masjid sangat berarti. Di tempat itu, dia bisa bercengkerama dengan Tuhan dan saudaranya. Sayangnya, rasa rindu Ibraimov terhadap sarana ibadah harus terganjal minimnya keberadaan masjid di kota metropolitan sekaliber Moskow. Perasaan yang sama juga dialami ratusan, bahkan ribuan Muslim Rusia.
Data terakhir menyebutkan, komunitas Muslim Rusia mencapai 10,5 juta jiwa. Di Moskow, komunitas Muslim mencapai 1,2 juta jiwa. Namun, data mufti Rusia dan Organisasi Muslim Rusia menyebut komunitas Muslim Moskow mencapai 2 juta jiwa. "Hanya ada tiga masjid. Ini tentu tidak cukup untuk mengakomodasi yang datang dan berdoa," kata Imam Masjid Sobornaya, Ildar Khazrat Alyautdinov.
Usaha untuk mendirikan masjid telah dilakukan. Sayangnya, usaha itu terganjal birokrasi pemerintah Kota Moskow. Jamaah pun sempat protes dengan tindak-tanduk pemerintah kota yang mengulur-ulur waktu pembangunan masjid yang diperkirakan mampu memuat 5.000 jamaah. Pemerintah Moskow sempat berjanji untuk membangun fasilitas baru.
Alexei Malashenko, seorang ahli tentang Islam dari Moskow Carnegie Centre, mengatakan akar masalah sulitnya pembangunan masjid adalah kurangnya toleransi beragama penduduk Moskow. Menurut dia, Moskow adalah kota kosmopolitan dengan jumlah penduduk Muslim terbesar di Eropa. Namun, warga Moskow belum membiasakan diri melihat masjid.
Courtesy by Youtube