Menteri Olahraga: Brasil Bukan Irak atau Afghanistan

FIFA
piala dunia 2014
Red: Julkifli Marbun

REPUBLIKA.CO.ID, RIO DE JANEIRO -- Menteri Olahraga Brasil Aldo Rebelo mengakui bahwa Piala Dunia menghadapi masalah serius terkait keamanan, namun ia menegaskan bahwa Brasil bukan kawasan perang seperti di Irak atau Afganistan.

Sejumlah kerusuhan yang melanda kawasan wisata Copacabana di Rio de Janeiro bulan lalu, dan kekhawatiran keamanan bagi ribuan penggemar sepak bola yang akan mengunjungi Brasil, semakin memuncak pekan lalu ketika seorang pria tertembak dalam bentrokan dengan polisi di dekat hotel tempat tim Inggris menginap.

"Ada tragedi, tantangan, serta masalah-masalah serius terkait keamanan," kata Rebelo dalam pernyataannya.

Namun, ia menambahkan; "menurut saya orang-orang Inggris tidak akan mendapat ancaman lebih besar di Manaus, ketimbang di sejumlah tempat di Irak dan Afghanistan, di mana sejumlah tentara muda Inggris tewas."

Rebelo mengakui bahwa khususnya di Rio, yang menggelar tujuh pertandingan Piala Dunia termasuk final pada 13 Juli, tiada hari tanpa kerusuhan. "Tapi kami terus melakukan pencegahan," ujarnya.

Salah satu langkah yang diambil adalah mengerahkan 150 ribu personel kepolisian dan 20 ribu pengamanan swasta untuk melancarkan pelaksanaan Piala Dunia yang diperkirakan menjadi perhatian bagi tiga juta warga Brasil dan 600 ribu turis asing.

Pejabat lokal Rio mengerahkan lebih dari dua ribu polisi pekan ini setelah terjadi bentrokan antara polisi militer dan warga di kawasan kumuh, tidak jauh dari kawasan wisata pantai Copacabana.

Copacabana akan menjadi tempat "festival suporter" selama Piala Dunia, yang diperuntukkan bagi penggemar sepak bola yang tidak memiliki tiket ke stadion.

Rebelo juga mengkritik media Inggris yang menulis berita tentang kriminal di Manaus, di mana tim Inggris akan melakukan pertandingan perdananya melawan Italia pada 14 Juni.

Sebuah laporan di tabloid Inggris itu mengangkat tema utama "pembunuhan di Manaus" yang menggambarkan kota itu sebagai "tempat paling mematikan di bumi", dengan tingkat kasus sebanyak tiga kali pembunuhan per hari, tiga kali lipat dibanding Rio.

Pelatih tim Inggris Roy Hogdson mengakui timnya ingin menghindari tempat itu, tapi tidak lain karena cuaca panasnya yang menguras energi.

"Orang Inggris sudah biasa di temperatur panas selama masa kolonial -- dan di perang Irak," kata Rebelo.


sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler