Profil: Momentum Negeri Samba
REPUBLIKA.CO.ID, BRASILIA -- Brasil tidak ingin menyiakan kesempatan sebagai tuan rumah Piala Dunia 2014. Pesta sepak bola paling bergengsi ini merupakan momentum bagi negeri Samba untuk meraih kembali kejayaan sebagai negara juara di lapangan hijau.
Satu gelar bergengsi sudah diraih dengan menggondol Piala Konfederasi 2013 yang juga dihelat di kampung sendiri. Tapi, itu belum cukup untuk membayar sejumlah kegagalan Brasil dalam empat tahun terakhir.
Di Piala Dunia 2010 Afrika Selatan, langkah Brasil terhenti di perempat final. Brasil harus angkat kaki dengan kekalahan tipis 1-2 atas Belanda.
Kekalahan ini sangat menyakitkan karena Brasil sebenarnya sudah unggul 1-0 lewat gol cepat Robinho pada menit ke-10. Namun, Belanda secara trengginas membalikkan kedudukan melalui gol Wesley Sneijder pada menit ke-53 dan 68'.
Kegagalan itu mengulangi capaian pada Piala Dunia 2006 yang juga terhenti di perempat final. Penderitaan Selecao tak berhenti sampai disitu.
Alih-alih ingin menebus kegagalan pada ajang Copa America 2011, Brasil yang berstatus sebagai juara bertahan pun lagi-lagi gagal bersinar. Brasil terdepak dari perempat final oleh Paraguay lewat drama adu penalti. Ironisnya, semua pemain Brasil kala itu tidak ada yang berhasil mencetak gol lewat babak adu jotos tersebut.
Sebuah pengalaman yang sangat memilukan. Kutukan pun seolah menghinggap. Di Olimpiade London 2012, tim muda Brasil yang berisikan para bintang muda seperti Neymar da Silva harus mengakui keunggulan Meksiko di partai final dengan kekalahan tipis 1-2.
Sejumlah pengalaman pahit tersebut baru terbayar di Piala Konfederasi 2013. Kini, Brasil ingin menyempurnakan prestasi dengan menjadi juara dunia. Menjadi kampiun tentu hal wajib bagi Brasil.
Beban Berat
Tekanan luar biasa pun dirasakan mengingat banyaknya gelombang protes atas pelaksanaan ajang empat tahunan ini yang menyedot banyak anggaran pemerintah. Pelatih Brasil, Luis Felipe Scolari, sangat yakin anak-anak asuhnya bisa menjadikan tekanan sebagai motivasi untuk menuju tangga juara.
"Kami sudah siap. Segalanya berjalan di jalur yang benar," tegas Scolari.
Scolari mengakui pasukannya memikul beban luar biasa karena berstatus sebagai tuan rumah. Setiap warga Brasil, ujar Scolari, menuntut Neymar dkk. untuk menjadi juara. Hal yang sama ketika Brasil menjadi tuan rumah pada 1950.
"Bedanya, saat itu Brasil tidak melakukan persiapan maksimal sehingga gagal menjadi juara," jelas dia.
Tidak ada yang salah dengan rasa kepercayaan diri Scolari. Selepas menjuarai Piala Konfederasi 2013, Brasil tampil gemilang. Dalam delapan kali uji coba, Brasil hanya kalah sekali. Yakni saat ditumbangkan Swiss dengan skor tipis 0-1 pada 14 Agustus 2013. Tapi, tujuh pertandingan sisanya berakhir dengan kemenangan.
Dari tujuh kemenangan itu, yang membuat Scolari bisa lebih tenang adalah karena faktanya lini pertahanan Brasil cukup tangguh. Buktinya, Brasil mampu meraih lima kemenangan cleansheet melawan Australia (6-0), Korea Selatan (2-0), Zambia (2-0), Honduras (6-0), dan Afrika Selatan (5-0).
Tanpa ingin memandang remeh lawan, Scolari dengan penuh keyakinan bisa mengatasi perjuangan di fase Grup A yang bercokol Kroasia, Meksiko, dan Kamerun. "Mungkin kami akan bertemu Argentina di final," kata dia.
Berharap Neymar
Scolari pun tak lupa membahas salah satu senjata andalannya Neymar, yang gagal bersinar bersama Barcelona musim ini. Ia mengatakan, Neymar tidak bisa mengeluarkan kemampuan terbaiknya karena gaya permainan Barcelona sangat jauh berbeda dengan Brasil.
"Neymar tidak memiliki banyak ruang gerak di Barcelona. Sedangkan bersama kami, seluruh rekan-rekannya tahu bagaimana untuk mendukung Neymar. Piala Dunia kali ini akan jadi milik Neymar," kata dia menambahkan.
Neymar pun sudah mengungkapkan misi besarnya di Piala Dunia kali ini. Dia mengaku sangat ingin membawa Brasil untuk kembali mengalahkan Spanyol seperti yang dilakukan pada partai final Piala Konfederasi 2013.
"Kekuatan Spanyol tak perlu diragukan lagi karena mereka merupakan juara bertahan. Tapi, kami siap mewujudkan mimpi kami sebagai juara dunia," kata Neymar dilansir Times of India.
Yang terpenting, ujar Neymar, Brasil harus bisa bermain dengan determinasi tinggi seperti saat Piala Konfederasi 2013. Brasil harus kembali mengeluarkan kemampuan untuk melakukan pressing sejak di barisan pertahanan lawan.
"Ritme permainan dan determinasi harus sempurna sejak peluit pertama dibunyikan," ujarnya.