Akhiri Penantian Dua Dekade
REPUBLIKA.CO.ID, RIO DE JANEIRO -- Masa keemasan sepak bola Argentina terhenti di Piala Dunia 1990. Sejak saat itu atau setelah 24 tahun lamanya, baru sekarang tim Tango bisa menjejak partai final Piala Dunia.
Tekad Lionel Messi dkk mengembalikan kejayaan sepak bola Argentina tinggal selangkah. Skuat La Albiceleste harus bisa melewati tantangan Jerman pada partai final Piala Dunia 2014 di Stadion Maracana, Rio De Janeiro, Senin (13/7) dinihari WIB.
Jerman merupakan tim yang menghentikan masa kejayaan Argentina di Piala Dunia 1990. Argentina yang kala itu bersatus sebagai juara bertahan, harus merelakan trofi Piala Dunia jatuh ke tangan Jerman akibat kekalahan tipis 0-1 di partai final.
Sepak bola Argentina mengalami degradasi prestasi pascakegagalan itu. Sementara, Jerman terus berkembang. Akan tetapi, Tim Panser juga tidak pernah lagi memenangi gelar setelahnya.
Di Piala Dunia 2002, Jerman ditaklukkan Brasil di laga final. Sementara pada dua edisi sebelumnya, Jerman harus puas hanya menjadi juara tiga.
Itu artinya Argentina dan Jerman sama-sama sudah menanti lebih dari dua dekade untuk kembali menjadi juara dunia. Ini menjadi pertemuan ketiga secara beruntun Argentina dan Jerman di Piala Dunia.
Terakhir, kedua tim bentrok di perempat final Piala Dunia 2010. Jerman mempermalukan Argentina dengan kekalahan telak empat gol tanpa balas. Striker Argentina Sergio Aguero masih ingat betul dengan kekalahan itu.
"Kami tidak boleh mengulangi kesalahan seperti saat itu," ujar Aguero dilansir Reuters. Dalam pertandingan yang digelar di Cape Town Stadium itu, Aguero mengakui para pemain Argentina lalai ketika Jerman mendapatkan peluang lewat tendangan bebas saat laga baru berjalan tiga menit.
Thomas Mueller memenangkan duel udara dan sukses mencetak gol cepat yang merontokkan mental para pemain Argentina. "Mereka kuat dalam situasi bola mati. Pemain Jerman sudah saling memahami karena sudah bermain bersama sejak lama," ucap Aguero.
Kekhawatiran Aguero itu bukan tanpa alasan. Maklum, Jerman juga sukses mencetak gol lewat situasi bola mati saat mengalahkan Brasil di semifinal. Gol pembuka Mueller usai memanfaatkan tendangan sudut, merobohkan konsentrasi para pemain tuan rumah hingga akhirnya kalah telak 1-7.
Argentina kemungkinan besar bakal bermain menunggu seperti saat melawan Belanda di semifinal. Di bawah asuhan pelatih Alejandro Sabella, Argentina bermain pragmatis. "Tidak peduli mau main cantik atau buruk, yang penting kami bisa menang," Aguero menegaskan.
Untuk mematikan para gelandang kreatif Jerman, Sabella bakal memasang dua gelandang jangkar dengan mengandalkan Javier Mascherano dan Lucas Biglia. Apalagi, Mascherano tampil gemilang saat melawan Belanda. Sabella pun cukup lega karena Di Maria sudah pulih dari cedera dan bisa tampil menyisir sisi lapangan.
"Tapi Jerman yang lebih beruntung karena mereka punya waktu istirahat satu hari lebih banyak dari kami," ucap Sabella.
Gelandang serang Jerman, Thomas Mueller, berharap rekan-rekannya tidak menganggap laga kontra Argentina akan semudah seperti melawan Brasil. "Pertandingan ini akan berjalan ketat," ujar Mueller.
Dengan meningkatnya performa striker gaek Miroslav Klose, pelatih Joachim Loew sepertinya bakal kembali menugaskan Mueller bermain lebih melebar. Klose yang akan mengisi posisi striker tengah Der Panser.
Loew tidak akan menugaskan pemainnya mengawal khusus pergerakan Lionel Messi. Bagi dia, strategi itu justru akan membuat para pemain Argentina lainnya leluasa. Apalagi, Argentina dikenal sebagai tim kaya penyerang. Selain Messi, masih ada Gonzalo Higuain, Di Maria, dan Ezequiel Lavezzi yang patut diwaspadai.
"Kalau kami menugaskan salah satu pemain mengawal Messi, itu akan merusak strategi kami," Loew mengatakan.