DPR: Sektor Pendidikan dan Kesehatan Belum Siap Masuk Pasar Bebas

Republika/Agung Supriyanto
Ketua Komisi IX DPR Dede Yusuf menjawab pertanyaan wartawan usai menggelar jumpa pers terkait iklan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Malaysia di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Rabu (4/2). ( Republika/Agung Supriyanto)
Rep: C02 Red: Dwi Murdaningsih

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua komisi IX DPR RI, Dede Yusuf mengkhawatirkan sektor kesehatan dan pendidikan masuk Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) atau pasar bebas. Ia mengatakan Indonesia masih belum siap dengan MEA. Terutama di sektor kesehatan dan pendidikan.

"Kita masih belum siap dari sektor kesehatan dan pendidikan masuk ke pasar bebas," kata Dede Yusuf kepada Republika, Kamis (6/8).

Menurut Dede, dari sektor kesehatan. Pemerintah masih belum sanggup memberikan kepercayaan kepada masyarakat.  Ia mencontohkan, masih banyak masyarkat yang berobat ke luar negeri seperti Singapura, Malaysia dan lainnya. Artinya, kemampuan Indonesia dalam menangani  kesehatan masyarakat masih di bawah standar luar negeri.

Selain itu, untuk obat-obatan. Indonesia masih mengimpor bahan dari luar negeri seperti Cina. Indonesia belum mampu mengolah bahan di Indonesia untuk dijadikan obat-obatan yang bisa dikonsumsi masyarakat. Jika sektor kesehatan masuk ke pasar bebas, maka obat-obatan dari luar juga akan dijual di Indonesia.

Dede menyebutkan, produksi obat-obatan di luar negeri disertai dengan penelitian mendalam. Sehingga harganya akan relatif lebih mahal jika obat-obatan itu dipasarkan di Indonesia. Apalagi pemikiran masyarakat Indonesia masih menilai obat-obatan di luar negeri lebih manjur, karena penelitian mendalam tersebut. Akhirnya produksi obat-obatan di Indonesia dengan bahan baku impor akan semakin menurun dan Indonesia akan kalah dalam perdagangan bebas.

"Kita produksi sendiri tapi bahan bakunya impor. Sedangakan luar negeri memproduksi obat disertai penelitian mendalam. Masyarakat tentu akan lebih memilih yang disertai penelitian mendalam itu karena terkesan manjur, meskipun harga mahal," kata Dede


BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler