DPR Pertanyakan Kelanjutan Piala Presiden

Republika/Edwin Dwi Putranto
Pemain kesebelasan Persib mengangkat trofi Piala Presiden seusai mengalahkan kesebelasan Sriwijaya dalam laga final Piala Presiden di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Ahad (18/10).Republika/Edwin Dwi Putranto
Rep: C27 Red: Winda Destiana Putri

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anggota Komisi X Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Teguh Juwarno mengapresiasi atas berlangsungnya Piala Presiden.

"Acara tersebut memberikan suguhan pertandingan yang bisa berjalan lancar serta sukses. Namun, sekaligus menyisakan pertanyaan lantas mau dibawa ke mana sepak bola kita? Apa kelanjutan dari kejuaraan ini?" ujarnya kepada Republika.co.id, Ahad (18/10).



Pertandingan Piala Presiden menjadi langkah awal yang baik untuk sepak bola Indonesia. Klub yang berpartisipasi bermain dengan sportif dan semua pertandingan dapat berjalan lancar.

Hanya saja, Teguh memberikan catatan yang harus dipertimbangkan pemerintah. Pertandingan seperti Piala Presiden menjadi refleksi bahwa setelah perayaan tersebut ada pekerjaan besar yang harus diselesaikan.

"Bagaimana agar sanksi FIFA ke PSSI segera dicabut, hal ini harus didahului penghentian pembekuan PSSI sebagai induk organisasi sepak bola," ungkap wakil ketua Fraksi PAN DPR tersebut.

Menurut dia, alasan pembekuan PSSI dikarenakan adanya masalah mafia pertandingan. Maka, yang harusnya diselesaikan pemerintah adalah menangkap mafia-mafia yang berkeliaran di sepak bola Indonesia, bukan justru membekukan PSSI.

Keprihatinan Teguh berikan atas peritiwa pemberian sanksi FIFA pada PSSI. Piala Presiden akan lebih baik lagi jika memberikan efek lebih pada keberlangsungan eksistensi sepak bola Indonesia di mata internasional.

"Karena, toh juara Piala Presiden tidak bisa berlaga dikancah ASEAN, Asia, apalagi dunia," ungkapnya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler