ISIS Klaim Serangan Bom di Kabul

AP
Suasana pascaserangan bom bunuh diri di Kabul, Afghanistan yang menewaskan sedikitnya 80 orang, Sabtu (23/7).
Red: Sadly Rachman

REPUBLIKA.CO.ID, KABUL -- ISIS mengklaim serangan bom di Kabul hari Sabtu (23/7) yang menewaskan sedikitnya 80 orang dan melukai 231 lainnya dalam sebuah aksi demonstrasi damai.

Pernyataan Kementerian Dalam Negeri Afghanistan hari Sabtu (23/7) mengatakan bahwa tiga pembom bunuh diri menyerang para demonstran yang tengah melakukan aksi unjuk rasa di Kabul.

Salah seorang di antaranya meledakkan perangkat yang dibawanya di tengah para demonstran, pembom kedua hanya menewaskan dirinya sendiri, sementara pembom ketiga ditembak mati oleh aparat keamanan yang menjaga demonstrasi tersebut.

Sebuah situas terkait kelompok teror ISIS mengklaim bertanggungjawab atas aksi kekerasan tersebut. Pernyataan tersebut mengatakan serangan itu untuk mengingatkan etnis Hazaras di Afghanistan.

Presiden Ashraf Ghani mengutuk aksi kekerasan itu sebagai pekerjaan “teroris dan oportunis”, dengan mengatakan pemerintah telah menetapkan langkah-langkah untuk menjaga keamanan para demonstran.

“Tetapi teroris masuk diantara para demonstran dan meledakkan bom yang membunuh dan melukai sejumlah warga, termasuk anggota pasukan keamanan dan pertahanan”, ujar Ghani.

Berpidato dalam sebuah pertemuan di Istana Sabtu sore yang sebagian besar dihadiri pemimpin Hazara, Ghani memerintahkan penyelidikan dan menyatakan hari Minggu (24/7) sebagai hari berkabung nasional, serta menyatakan akan melakukan sholat jenazah bagi para korban di masjid.

Amerika juga mengutuk keras apa yang disebut sebagai “serangan keji”. Gedung Putih mengatakan apa yang menjadikan serangan itu lebih keji adalah karena menarget demonstrasi damai.

Serangan itu ditujukan pada demonstrasi ribuan warga etnis Hazara yang menuntut pemerintah mengubah jalur listrik yang sudah direncanakan supaya melewati pusat propinsi Bamiyan yang miskin.



sumber : VOA
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler