Israel Langgar Gencatan, Hamas Tunda Bebaskan Sandera

Gaza melancarkan tekanan agar Israel mematuhi poin-poin gencatan senjata.

AP Photo/Abdel Kareem Hana
Anggota Brigade Izzuddin al-Qassam, sayap militer Hamas, mengambil bagian dalam parade merayakan gencatan senjata di Deir al-Balah, Jalur Gaza, Ahad , 19 Januari 2025.
Red: Fitriyan Zamzami

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA – Gencatan senjata di Jalur Gaza yang sudah berlaku sejak 19 Januari lalu di ujung tanduk. Pada Senin malam, kelompok Hamas mengumumkan penundaan pembebasan sandera sehubungan pelanggaran kesepakatan berulang oleh pihak Israel.

Baca Juga


“Penundaan pembebasan tahanan merupakan pesan peringatan bagi pendudukan dan tekanan untuk menaati ketentuan perjanjian,” bunyi pernyataan resmi Hamas yang diterima Republika. Pembebasan sandera tahap selanjutnya sedianya dijadwalkan pada Sabtu pekan ini. 

Hamas mengeklaim telah melaksanakan seluruh komitmennya secara ketat dan tepat waktu. Namun Israel terus melakukan pelanggaran-pelanggaran kesepakatan.  Di antara pelanggaran itu, Israel menunda kembalinya pengungsi ke Jalur Gaza utara. “(Israel) menargetkan rakyat kami dengan membom dan menembak mereka, dan membunuh banyak orang di berbagai wilayah di Jalur Gaza,” tulis Hamas.

Israel juga disebut menghalangi masuknya kebutuhan tenda dan rumah siap pakai, bahan bakar, dan mesin pengangkat puing-puing untuk mengevakuasi jenazah. Israel juga menunda masuknya obat-obatan dan persyaratan pemulihan rumah sakit dan sektor kesehatan.

“Hamas menghitung pelanggaran yang dilakukan oleh pendudukan, dan menyampaikan  mediator terlebih dahulu, namun penjajah tetap melanjutkan tindakannya yang berlebihan. Hamas menyerukan kepatuhan yang ketat terhadap perjanjian tersebut, dan tidak bersikap selektif, dengan memberikan hal-hal yang paling tidak penting, menunda, dan menghalangi hal-hal yang paling mendesak dan penting.”


Hamas menyatakan sengaja membuat pengumuman ini lima hari penuh sebelum tanggal ekstradisi para tahanan untuk memberikan kesempatan yang cukup kepada mediator untuk memberikan tekanan pada pendudukan agar melaksanakan kewajibannya. “dan untuk menjaga pintu tetap terbuka untuk melaksanakan pertukaran tepat waktu jika pendudukan mematuhi apa yang disepakati.”

Sejauh ini, 16 dari 33 tawanan yang akan dibebaskan dalam fase 42 hari pertama kesepakatan telah pulang serta lima warga Thailand yang dipulangkan dalam pembebasan tidak terjadwal. Sebagai imbalannya, Israel membebaskan ratusan tahanan Palestina.

Sejak gencatan senjata berlaku pada 19 Januari, pasukan Israel telah membunuh puluhan warga Gaza. Aljazirah melaporkan, berdasarkan ketentuan perjanjian, 600 truk penuh bantuan seharusnya memasuki Jalur Gaza setiap hari. Pada awalnya, ini melebihi ekspektasi. Namun baru-baru ini jumlah pengiriman bantuan berkurang drastis menjadi 330 truk setiap hari. Kantor kemanusiaan PBB melaporkan lebih dari 12.600 truk telah masuk selama tiga minggu terakhir. Jumlah ini jauh lebih sedikit dari yang dijanjikan.

Untuk pasien yang membutuhkan perawatan medis di luar negeri, hanya 50 warga Palestina yang telah dikirim sejak awal bulan ini, yang sangat bertentangan dengan jumlah yang disepakati dalam perjanjian gencatan senjata. Pelanggaran-pelanggaran ini banyak dilakukan oleh Israel.

 

Poin Kesepakatan Gencatan Senjata - (Republika)

Seorang pejabat Israel mengatakan kepada Reuters bahwa Netanyahu mengadakan konsultasi keamanan setelah Hamas mengumumkan penangguhan pembebasan tawanannya di Gaza yang dijadwalkan pada hari Sabtu.

Radio Tentara Israel melaporkan Netanyahu bertemu dengan pimpinan militer dan keamanan di hadapan Menteri Pertahanan Israel Katz, Menteri Luar Negeri Gideon Saar dan Menteri Urusan Strategis Ron Dermer.

Tentara Israel mengatakan mereka akan “memperkuat secara signifikan” wilayah di sekitar Gaza setelah Hamas mengumumkan akan berhenti melepaskan tawanan Israel sampai pemberitahuan lebih lanjut mengenai pelanggaran Israel terhadap gencatan senjata.

“Sesuai dengan penilaian situasi, diputuskan untuk meningkatkan tingkat kesiapan dan menunda cuti bagi tentara tempur dan unit operasional di Komando Selatan,” kata tentara Israel dalam sebuah pernyataan. “Selain itu, diputuskan untuk memperkuat wilayah tersebut secara signifikan dengan pasukan tambahan untuk misi pertahanan.”

Presiden AS Donald Trump mengambil tindakan setelah Hamas mengumumkan bahwa pihaknya menangguhkan pembebasan tawanan karena Israel berulang kali melanggar perjanjian gencatan senjata. “Jika semua sandera Gaza tidak dikembalikan pada hari Sabtu pukul 12 siang, saya akan katakan batalkan gencatan senjata,” kata Trump. Tapi, tambahnya, itu terserah Israel.

Orang-orang berdemonstrasi untuk mendukung pembebasan tawanan Israel di Gaza ketika Hamas menunda pembebasan mereka di Tel Aviv, Senin (10/2/2025). - (Shir Torem/Reuters)

Farhan Haq, wakil juru bicara Sekretaris Jenderal PBB, menanggapi penangguhan pembebasan tawanan Israel oleh Hamas. “Kami ingin memastikan bahwa semua pihak berkomitmen terhadap tanggung jawab yang mereka nyatakan berdasarkan gencatan senjata dan sangat penting bagi mereka untuk mematuhi semua aspek yang relevan dari perjanjian dan semua jadwal yang relevan,” kata Haq.

“Jelas jika ada penundaan dalam aspek apapun dalam perjanjian, itu akan menjadi masalah. Kami ingin memastikan bahwa tidak ada penundaan dan implementasi penuh dari perjanjian ini dilaksanakan sesuai rencana sebelumnya.”

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler