Kampus Swasta di Sulteng Kekurangan Mahasiswa
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Minat para siswa untuk masuk perguruan tinggi swasta (PTS) di Sulawesi Tengah (Sulteng) makin menurun. PTS pun kekurangan mahasiswa. Hal ini terungkap saat tim kunjungan kerja (Kunker) Komisi X berkunjung ke Sulteng, Senin (31/10).
Ketua Koordinasi Perguruan Tinggi Swasta (Kopertis) Wilayah IX Sulawesi Andi Niartiningsih menuturkan, peminat PTS di Sulteng terus mengalami penurunan disebabkan adanya penerimaan mahasiswa baru yang begitu besar di perguruan tinggi negeri (PTN). Pihaknya, mengkritik kebijakan PTN yang melakukan penerimaan mahasiswa baru melalui beberapa pintu, sehingga tidak memberikan kesempatan bagi PTS untuk menerima mahasiswa baru.
Sejumlah PTS bidang kebidanan dan keperawatan juga masih kekurangan tenaga pengajar. Itu karena di Sulteng tidak ada perguruan lanjutan magister untuk bidang tersebut. Masyarakat setempat harus melanjutkan studinya ke Makassar, Sulawesi Selatan. Tapi, kondisi di Makassar pun dibatasi dengan kuota. Padahal, daerah yang paling dekat dengan Palu untuk melanjutkan pendidikan tinggi hanya di Makassar. Akibatnya, banyak dosen kebidanan dan keperawatan yang masih lulusan S1 dan D4.
Wakil Ketua KOMISI X DPR RI Sutan Adil Hendra yang memimpin kunjungan kerja ke Sulteng tersebut, ikut merasa prihatin atas kondisi ini dan perlu dicarikan solusi tepat untuk PTS Sulteng. Ini bisa menjadi catatan penting untuk dibawa ke raker dengan menteri terkait.
Sutan menjelaskan bahwa Komisi X DPR periode 2014-2019 pernah melakukan kunker ke Sulteng pada 23-27 Februari 2015, “Salah satu kesimpulan dari hasil kunjungan tersebut adalah pertumbuhan dan perkembangan pendidikan di Sulteng berjalan cukup baik dengan kondisi APK pada tahun 2014 untuk Perguruan Tinggi 13 persen. Kondisi ini, perlu secara terus menerus ditingkatkan dan perlu diiringi dengan perbaikan sarana dan prasarana pendidikan tinggi,” kata Sutan.
Di sisi lain, Komisi X, lanjut politisi Partai Gerindra ini, bangga dengan Sulteng yang sudah mempunyai 7 universitas, yaitu Univ. Tadulako, Univ. Al-Khairat, Univ. Madako, Univ. Muhammadiyah Luwuk Banggai, Univ. Muhammadiyah Palu, Univ. Sintuwu Maraso, dan Univ. Tompotika. Selain itu ada pula 13 sekolah tinggi dan 3 akademi.
Dalam pertemuan itu, Sutan juga ingin mendorong peningkatan sarana dan prasarana pendidikan. Tanpa itu, kualitas pendidikan sulit terjamin. “Kita butuh sumber daya manusia. Tetapi, tanpa sarana dan prasarana akan sangat sulit,” terang Sutan.