DPR Minta Pengerjaan Proyek Nasional Jangan Sembarangan
REPUBLIKA.CO.ID, PALEMBANG -- Dalam pelaksanaan pengerjaan proyek infrastruktur nasional, Wakil Ketua Komisi V DPR RI Sigit Sosiantomo meminta agar dilakukan secara hati-hati dan jangan sembarangan. Hal itu dinyatakannya terkait musibah amblasnya jalan Tol Palembang-Indralaya yang sedang dalam tahap pengerjaan.
"Kami melihat kalau pihak pelaksana di lapangan sudah berusaha untuk berhati-hati, hanya saja memang terdapat jalur Saluran Udara Tekanan Tinggi (SUTET) yang juga merupakan proyek nasional juga yang melewati ruas Tol tersebut," ucap Sigit usai berdialog dengan Direksi PT. Hutama Karya dan Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) di Palembang, Sumatra Selatan, Kamis (13/7).
Sigit menjelaskan, masalah elektrifikasi Sumatera itu sudah akan dipindahkan, tetapi memang belum selesai dilakukan. "Karena kebutuhan untuk dapat digunakan sebagai jalan fungsional pada saat menjelang Hari Raya Idul Fitri, maka dilakukan percepatan dalam pengerjaannya sehingga terjadi amblas," ujarnya.
Politikus PKS ini melihat peristiwa itu sebagai kecelakaan. Lokasi yang amblas tersebut bukan akses utama jalan tol, melainkan akses jalan penghubungnya. Karena itu, dari sisi keselamatan dan progres kerjanya tidak terganggu.
"Ini kecerobohan dalam tanda petik, yakni pelaksana kerja diminta agar cepat menyelesaikan pekerjaannya agar jalan bisa dipakai secara fungsional. Hal itulah yang menjadi pemicu indikasi kecerobohan yang terjadi," ucap dia.
Ke depannya, dalam rapat dengan kementerian terkait, Komisi V DPR akan mengingatkan bahwa untuk jalan-jalan yang akan dipercepat pengerjaannya agar bisa dipakai secara fungsional, maka harus dilihat dahulu secara detil mengenai persoalan yang dihadapinya. "Masalah ini harus dijadikan pelajaran agar tidak terjadi lagi hal yang seperti itu," ucap Sigit. Sementara pihak Hutama Karya selaku kontraktor dan pihak BPJT juga telah menyatakan mereka akan berupaya keras agar masalah serupa tidak terjadi di kemudian hari.
(Baca Juga: DPR: Amblasnya Tol Palindra tak Boleh Terulang)
Ikuti Whatsapp Channel Republika