Anggota DPR: Masyarakat Harus Paham, Kita Hidup di Ring Fire

Dengan pemahaman itu maka kepala dinas tahu mana daerah yang rawan bencana.

DPR RI
Anggota Komisi VIII DPR RI Itet Tridjajati Sumarijanto.
Red: Gita Amanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anggota Komisi VIII DPR RI Itet Tridjajati Sumarijanto mengatakan, belum ada pemahaman dari sebagian kalangan bahwa Indonesia itu hidup di daerah ring fire (daerah yang sering mengalami gempa bumi dan letusan gunung api). Mestinya ini harus dipahami oleh segenap masyarakat dan juga pemerintah termasuk kepala dinas di daerah-daerah.


“Dengan pemahaman itu, maka kepala dinas tahu mana daerah yang rawan bencana sehingga dalam pemberian ijin pembukaan lahan atau mendirikan bangunan dilakukan dengan cermat dan hati-hati sebab dampaknya bisa mengakibatkan terjadi bencana dan korbannya masyarakat banyak,” ujarnya di sela-sela RDP dengan para Kepala Badan Penanngulangan Bencana Daerah (BPBD) di Komplek Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (2/4), seperti dalam siaran persnya.

Menyimak laporan yang disampaikan para Kepala BPBD ini kata Itet, sebagian masalah teknis. Padahal lanjutnya, yang lebih penting lagi adalah aparat pemerintah yang memberi izin memilki pengetahuan luas mengenai tata ruangnya. Hal ini dinilai sangat penting sebab dapat mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan termasuk bencana banjir dan longsor.

"Aparat di daerah jangan sampai hanya reaktif, mestinya proaktif. Kalau sudah kejadian baru sibuk melakukan rehabilitas dan rekontruksi. Harus pro aktif ke arah pencegahan. Karena itu data-data kondisi tanah atau lahan sangat diperlukan sehingga akan lebih mudah melakukan tindakan pencegahan sebelum bencana terjadi,” ujarnya.

Dalam penanggulangan bencana, kata politikus PDI Perjuangan dapil Lampung II ini melihat masih lemahnya koordinasi antara BMKG, SAR dan  BPBD. Selaku aparat di daerah BPBD berperan mengarahkan bagaimana mengantisipasi dan menangani bencana sementara Badan SAR berfungsi melakukan pertolongan dan BMKG memberi ramalan cuaca.

Saat melakukan kunjungan ke Brebes, lanjut Itet, BMKG sudah mengumumkan bahwa akan terjadi hujan dengan skala tinggi, mestinya oleh BPBD dampak hujan yang begitu besar direspon, namun kenyataannya tidak dilakukan. Kalau ada hujan lebih lebat sementara kontur tanah yang labil, maka pengetahuan akan ancaman longsor ini harus dimiliki oleh anggota BPBD.

“Musibah di Brebes sampai meninggal 14 orang sangat memprihatinkan, tenyata di situ tidak ada bantuan unit kecil yang ada di desa-desa adanya di kota, sementara ke kota jaraknya jauh,” ucap Itet yang saat musibah lalu mengunjungi Brebes.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler